Nasional

PBNU Bakal Miliki Politeknik Wakatobi

NU Online  ·  Sabtu, 13 Juli 2019 | 01:00 WIB

PBNU Bakal Miliki Politeknik Wakatobi

Menristekdikti Mohamad Nasir (kemeja putih)

Jakarta, NU Online
Lembaga Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (LPTNU) bakal memiliki Politeknik Wakatobi di Sulawesi Tenggara. Hal itu menyusul suksesnya izin operasional Universitas Muslim (UMU) Buton di Baubau dari Lembaga Layanan Dirjen Pendidikan Tinggi (L2 Dikti) Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti). Proses perizinan tersebut dibantu oleh PBNU dan memakan waktu sekitar satu tahun.
 
"Pengelola menyepakati menghibahkan Politeknik Wakatobi beserta asetnya kepada perkumpulan NU jika PBNU berhasil membantu proses perizinan UMU Buton," kata Ketua PBNU Bidang Pendidikan, Hanief Saha Ghafur saat berbincang dengan NU Online, Kamis (11/7).

Hanief mengatakan saat ini PBNU telah menindaklanjuti dengan memproses peralihan status hukum, izin perguruan tinggi, dan aset Politeknik Wakatobi.

Hanief mengatakan pihaknya beberapa kali berhasil melakukan penggabungan atau akuisi kampus menjadi milik NU. "Pusmanu Pekalongan gabungan ke ITSNU Pekalongan dengan aset-asetnya," ujar Hanief menyebutkan salah satu contoh.

Ke depan Hanief berharap ada banyak perguruan tinggi yang bisa digabungkan dengan NU. Untuk memajukan pendidikan NU, dapat dilakukan tanpa mendirikan universitas baru, tetapi cukup dihidupkan kembali atau diperbaiki manajemennya.

"Saya minta kasih ke NU, perbaiki manajemennya. PBNU siap membuka akuisisi perguruan tinggi, siap me-merger perguruan tinggi yang satu dengan perguruan tinggi NU lainnya," kata Hanief.

Ia menyebutkan lebih tepat upaya perbaikan melalui merger atau akuisisi tersebut. Pasalnya banyak perguruan tinggi yang performanya belum terlihat, sehingga akan menjadi lebih baik jika dikelolal NU. Penggabungan dua perguruan tinggi juga berdampak positif pada berkurangnya beban biaya. 

"Apa yang bisa digabungkan, gabungkan," imbuh Hanief.

Hadirnya Politeknik Wakatobi, dinilai Hanief memiliki sejumlah kelebihan. Pasalnya dari 253 perguruan tinggi yang dimiliki NU, sebanyak 70 persennya berupa perguruan tinggi yang fokus pada Program Studi Agama Islam. Ini berbanding terbalik dengan ormas Muhammadiyah di mana jumlah perguruan tinggi Prodi Agama Islam hanya 30 persen.

"Nah, ini diharapakan PTNU merespons. Karena pengembangan ilmu pengetahuan didukung juga oleh Kemenristek Dikti," ujarnya.

Kemenristekdikti, kata Hanief mendukung kuat hadirnya politeknik-politeknik NU sebagai respons pengembangan ilmu pengetahuan ke depan. Ia membeberkan ada tiga kategori perguruan tinggi, yakni akademik, vokasi, dan profesi. Kebanyakan pola perguruan tinggi adalah akademik, sehingga mengedepankan gelar bagi alumninya. Selama proses pendidikan, juga lebih banyak dilakukan di dalam kelas.

Sementara pendidikan politeknik atau institut sebagai bagian dari vokasi, proses pendidikan banyak dilakukan di laboratorium, bengkel, atau tempat praktik lainnya. Prosentase pembelajaran di lapangan untuk pendidikan vokasi mencapai 70 persen.

Pendidikan vokasi juga mendapat dukungan besar dari Presiden Jokowi. Presiden, kata Hanief, menyampaikan bahwa dunia pendidikan harus fleksibel, jangan kaku. "Harus pandai mengantisipasi dunia kerja dan ilmu pengetahuan ke depan. Mestinya ada prodi tentang pembuatan kopi, pengembangan teh unggul, dan lain sebagainya. Ini yang pengen diusahakan," beber Hanief.

Ketika prodi akademik susah melakukan pendidikan vokasi, politeknik mudah membuka profesi yang dapat menyesuaikan dan adaptif dengan dunia kerja. "Itu poin yang penting," tegas Hanief. 

Untuk itu, selain meneruskan proses alih kepemilikan Politeknik Wakatobi, saat ini PBNU melalui PTNU juga tengah memproses perizinan ke Kemenristekdiktik sejumlah perguruan tinggi. "Di Bengkulu, Jambi, Palembang, Pekanbaru, Riau, dan lainnya. Tahun ini ada lima atau tujuh perguruan tinggi NU bakal lahir," pungkas Hanief. (Kendi Setiawan)