Nasional

Para Pengguna Medsos Harus Berkolaborasi untuk Kepentingan Nasional

NU Online  ·  Sabtu, 23 April 2016 | 03:02 WIB

Jakarta, NU Online
Menurut penelitian, sebanyak 40 persen masyarakat mengakses informasi dari media sosial (medsos). Jumlah hampir separuh ini sangat efektif jika di antara para pengguna medsos berkolaborasi aktif untuk mewujudkan kepentingan nasional di tengah problem inferioritas dan benturan antar-keyakinan.

Bahasan tersebut mengemuka ketika Komunikonten, Institut Media Sosial dan Diplomasi menggelar Diskusi publik bertajuk Bagaimana Meningkatkan Kolaborasi Pengguna Medsos untuk Kepentingan Nasional?, Jumat (22/4) di Aula Gedung PP GP Ansor Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat.

Direktur Eksekutif Komuinikonten Hariqo Wibawa Satria menuturkan, sekurangnya pengguna medsos dibagi dalam tiga tingkatan. Pertama, mereka yang menggunakan medsos untuk kepentingan pribadi; kedua, untuk kepentingan organisasi; dan ketiga, untuk kepentingan nasional.

“Kelompok ketiga ini semakin menggembirakan, terlihat makin banyak anak-anak muda yang mempromosikan pariwisata, budaya, kuliner, dan produk-produk lokal Indonesia dengan suka rela di medsos. Promosi seperti ini sebaiknya memang gratis jangan diminta bayar,” ujar Hariqo.

Dia juga menekankan, di samping peran promosi, yang perlu dan penting juga adalah peningkatan perhatian pengguna medsos terhadap propaganda separatisme dan radikalisme di dunia maya. Namun demikian, patut disyukuri bahwa isu Papua merdeka, anti-Pancasila, dan fitnaj-fitnah yang bertujuan adu domba sesama anak bangsa semakin mendapatkan perhatian serius dari para pengguna medsos di Indonesia. 

“Menyebar konten yang seakan menguntungkan kita, belum tentu menguntungkan untuk NKRI,” tegas Hariqo.

Bela negara, imbuh Hariqo, bisa dilakukan melalui media sosial, namun tetap harus dengan prinsip use soft word (kata-kata halus), hard argument (argumen kuat), dan berbasis data. “Di era digital, semua orang hakikatnya adalah diplomat,” tandasnya.

Dalam diskusi publik ini, hadir sebagai narasumber di antaranya dari Pimpinan Pusat GP Ansor Hasanuddin Ali, Andri Sofyansah (Sutradara muda), Chamad Hojin (jurnalis), Unggul Sudrajat (Peneliti Keris, Galeri Omah Nara), Annisa Junaidi (Inisiator forum komunitas-komunitas di Sumatera Barat), dan Hafyz Marshal sebagai moderator. (Fathoni)