Nasional

NU Sinergikan Keislaman dan Kebangsaan

Sel, 2 April 2013 | 06:12 WIB

Rembang, NU Online
Dalam kehidupan masyarakat, Nahdlatul Ulama dengan madzhab Ahulussunnah wal Jama'ah mensinergikan semangat keislaman (ukhuwah islamiyah) dan kebangsaan (ukhuwwah Wathaniyah). Keduanya harus selalu beriringan tidak berjalan sendiri-sendiri.
<>
Demikian disampaikan Ketua Umum PBNU Dr KH Said Aqil Siroj dalam acara penutupan Musyawarah Kerja Wilayah (Musykerwil) NU jawa Tengah Sabtu (30/3) malam.

Kang Said mengutarakan mengembangkan islamiyah tanpa wathoniyah akan menjadi ekstrim sementara wathoniyyah tanpa islamiyah akan menjadi sekuler. 

“Bicara Islam saja akan dihantam, sedang bicara wathoniyah saja kasihan anak cucu kita tidak tahu agama karena akan menjadi sekuler,”tandasnya.

Bangsa Indonesia,katanya, sebagai gerbong paling timur ummat Isam dengan  ratusan suku, ragam agama dan pulau yang masih terjaga dari perpecahan. Hal ini dikarenakan masih adanya ikatan civil society yang memiliki kepentingan kebangsaan bukan politik kekuasaan.

“Makanya sangat penting sekali ber-NU. Kita harus  bangga menjadi NU karena  yang paling benar adalah NU. Benar dalam  cara beragama, bermasyarakat serta berpolitik kebangsaan.”tegasnya.

Menyinggung 100 tahun usia NU, Kang Said menegaskan selama tidak luntur memegang prinsip sepanjang masa, orang lain masih memperhitungkan Nahdlatul Ulama. Dijelaskan, prinsip itu adalah pesantren dengan karakter kemandirian , kesederhanaan,keikhlasan, percaya diri  dan tidak membebani orang lain.

“Semua itu habitat kita, karakter kita, kepribadian kita yang harus dipertahankan,” tandasnya lagi.

Musykerwil NU jawa Tengah dilaksanakan mulai Jum’at–Sabtu (29-30/3) di Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang Rembang. 

Hadir sejumlah tokoh dan menteri, turut memberikan pengarahan antara lain Ketua MK Mahfudz MD, Mendikbud M.Nuh,Menteri Agama H. Suryadarma Ali dan Mustasyar PBNU KH Maemun Zubeir selaku tuan rumah kegiatan.

Kontributor : Qomarul Adib