Jakarta, NU Online
Konten terkait Islam wasathiyah harus diperbanyak di internet karena mampu membendung radikalisme di berbagai belahan dunia.
Direktur Pemberitaan
NU Online, pendiri
Islami.co, Savic Ali, menuturkan bahwa NU sudah lama mengamalkan Islam
wasathiyah di darat. Namun konten-konten yang diproduksi terkait Islam
wasathiyah masih minim.
"Sekarang alhamdulillah website NU Online (www.nu.or.id) dan Islami.co (https://islami.co) sudah mampu bersaing dengan website-website lainnya yang dalam tanda kutip banyak memuat konten radikal," ujar Savic pada diskusi bertema Strategi Mempromosikan Wasathiyah Islam Lewat Diplomasi Media Sosial, di Aula PGK, Jalan Duren Tiga Raya No 7, Pancoran, Jakarta Selatan, Selasa (26/6).
Ia juga mengajak siapa pun untuk menulis di kedua website tersebut. Ia menyebut dakwah yang dilakukan NU Online dan Islami.co bersifat merangkul. "Namun, kita juga tidak boleh membiarkan akun-akun medsos dan website yang menyebarkan kebencian, sebab jika kita diam mereka merasa apa yang disampaikannya benar. Kita harus memberikan peringatan," paparnya.
Pada diskusi yang diadakan oleh Komunikonten, Institut Media Sosial dan Diplomasi, Savic mengibaratkan permainan sepakbola. "Kita menahan gocekan bola mereka dengan konten-konten yang baik. Meskipun banyak keterbatasan, saya dan teman-teman terus keliling mengajak anak-anak muda memproduksi konten untuk keutuhan dan kemajuan NKRI ini,” tambahnya.
Sementara itu, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah 2015-2020, Hajriyanto Y Thohari, mengatakan bahwa sama dengan NU, di Muhammadiyah juga masih sedikit produksi konten untuk media sosial terkait wasathiyah Islam. Terkait konten seperti apa yang akan diproduksi, Hajriyanto menyarankan agar konten-konten tersebut tidak hanya sekedar kata-kata tetapi juga berisi perbuatan nyata di lapangan.
“Di lapangan, kita banyak sekali menemukan praktik-praktik wasathiyah Islam yang dilakukan masyarakat. Ini harus di videokan, ditulis dan disebarkan. Sebab, konten yang berisi teladan-teladan seperti ini lebih kuat dari sekedar kata-kata. Kita di Muhammadiyah juga berkomitmen untuk meningkatkan produksi konten terkait wasatiyah Islam,” tutup Hajriyanto.
(Baca: Konten Hoaks Dapat Merusak Otak)
Diskusi ini dihadiri para pegiat media sosial, wartawan, Humas Kementerian Agama. Direktur Eksekutif Komunikonten Hariqo Wibawa Satria, mengatakan kegiatan ini bertujuan mendorong setiap orang menjadi juru bicara wasathiyah dengan media sosialnya masing-masing.
“Diplomasi media sosial adalah gotong royong yang kita lakukan untuk kepentingan nasional NKRI. Sebab, citra baik sebuah negara di mata dunia internasional tidak saja karena pidato pejabatnya di forum-forum resmi, namun juga oleh apa yang diproduksi dan disebarkan oleh warganya di media sosial,” ungkap Hariqo. pada diskusi bertema Strategi Mempromosikan Wasathiyah Islam Lewat Diplomasi Media Sosial.
Sebelumnya, Indonesia berinisiatif mengadakan Konsultasi Tingkat Tinggi Ulama dan Cendekiawan Muslim Dunia pada 1-3 Mei 2018 lalu di Bogor. Kegiatan ini dibuka oleh Presiden RI Joko Widodo, dihadiri berbagai ulama dunia termasuk Grand Sheikh al-Azhar, Kairo, Ahmad Muhammad ath-Thayyib. Di akhir pertemuan itu, Din Syamsudin, utusan khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja Sama Antaragama dan Peradaban mengatakan bahwa KTT Ulama dan Cendekiawan Muslim Dunia pada 1-3 Mei 2018 di Bogor, Indonesia menyepakati tujuh nilai utama wasathiyah. (Red: Kendi Setiawan)