Nasional

Ngaji Ramadhan, Gus Yahya Maknai Hikmah sebagai Jembatan Raih Ilmu Allah

Rab, 13 Maret 2024 | 22:45 WIB

Ngaji Ramadhan, Gus Yahya Maknai Hikmah sebagai Jembatan Raih Ilmu Allah

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf. (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf atau yang akrab disapa Gus Yahya memaknai hikmah dalam mengamalkan ilmu sebagai jembatan untuk meraih ilmu Allah. Hal itu ia sampaikan dalam acara Ngaji Bersama Gus Yahya, yang disiarkan di kanal Youtube TVNU, Selasa (12/3/2024) malam.


“Jadi kalau orang mengamalkan ilmu itu akan berbuah pengetahuan yang baru, yang langsung diajarkan oleh Allah. Itulah yang disebut sebagai hikmah,” terang Gus Yahya.


Keterangan tersebut menurutnya berdasarkan hadis Nabi Muhammad saw yang berbunyi, barang siapa mengamalkan apa yang telah ia ketahui, maka Allah akan memberikan kepadanya pengetahuan tentang sesuatu yang belum diketahui.


“Kalau orang melakukan satu amal sesuai dengan ilmu yang dimiliki maka dia akan mendapatkan hikmah. Itu sesuai dengan sabda Nabi saw,” jelas kiai kelahiran Rembang itu.


Kemudian ia menuturkan hikmah oleh sebagian ulama dimaknai sebagai penyempurna perbuatan seseorang sesuai dengan ilmunya. Sebagian lain menyebut hikmah adalah buah dari setiap perbuatan baik manusia.


“Barang siapa dikaruniai hikmah maka sesungguhnya ia telah dikaruniai kebaikan yang banyak,” tuturnya.


Pada kesempatan ini Gus Yahya juga menyinggung kedudukan Qanun Asasi NU karya Hadratussyekh KH M Hasyim Asy’ari setara dengan pembukaan UUD 1945, yakni sama-sama berpengang teguh pada batang tubuh dari konstitusinya.


“Muqadimmah Qanun Asasi ini sama dengan pembukaan UUD 1945 terhadap batang tubuh dari konstitusinya. Konstitusi negara adalah UUD 1945, konstitusi jam’iyah NU tentu saja anggaran dasarnya,” jelas Gus Yahya.


Lebih lanjut, mantan Jubir Presiden ke-4 Indonesia ini mengungkapkan bahwa struktur khutbah iftitah (pidato pembuka) dalam muqaddimah qanun asasi NU dibuat apik dan menarik karena banyak menyematkan serangkaian ayat Al Qur’an dihampir seluruh pembukaannya.


“Struktur khutbah iftitahnya Hadratussyekh dalam karyanya ini menarik karena dibuka dengan serangkaian ayat-ayat Qur’an, separuh bagian dari pembukaannya adalah kompilasi dari ayat Qur’an yang dipilih secara khusus untuk dijadikan awalan dari pidato beliau,” ungkapnya.


Disebutkannya, ayat-ayat Qur’an yang dipilih oleh Hadratussyekh adalah ayat-ayat yang menjadi rujukan tentang gagasan-gagasan yang hendak diperjuangkan dengan jam’iyah NU.


“Gagasan-gagasan ini merupakan gagasan besar yang kalau diuraikan secara rinci dan eksplisit itu akan menjadi wacana yang luas sekali,” ucapnya.


Adapun ayat Qur’an yang dipilih Hadratussyekh dalam muqaddimah qanun Asasi NU salah satunya adalah QS Al Ahzab ayat 35-36 dan QS An Nahl ayat 125.