Nasional

Negara Harus Kuatkan Pemahaman Masyarakat tentang Pancasila

NU Online  ·  Rabu, 23 Januari 2019 | 00:15 WIB

Jakarta, NU Online
Kepala Sekolah Pancasila Forum Nasional Bhineka Tunggal Ika, Syaiful Arif mengemukakan bahwa salah satu perdebatan utama dalam gerakan salafi ialah tentang ideologi negara, terutama Pancasila. Pasalnya, menurut Arif, gerakan salafi secara terang-terangan mengafirkan Pancasila karena dianggap bukan ideologi Islam, sehingga harus diubah.

"Jadi mereka memang dengan terang-terangan mengkafir-kafirkan Pancasila karena Pancasila ini ideologi nasional yang harus diubah dengan ideologi Islam," kata Arif pada acara Overview dan Outlook Penanganan Terorisme di Indonesia di Universitas Indonesia Jakarta Pusat, Selasa (22/1).

Dalam perkembangannya, pemahaman masyarakat tentang Pancasila sebagai ideologi negara mulai mencemaskan. Arif mengemukakan survei yang dirilis Alvara Research Center pada 2017. Hasilnya, sebanyak 15 persen dari responden menghendaki Islam sebagai ideologi negara dan 80 persen masih menginginkan Pancasila.

"Ini hal yang patut menjadi keprihatinan kita bersama karena memang islamisme telah bergeser dari gerakan-gerakan radikal menjadi sentimen keumatan yang berkembang di wilayah masyarakat secara umum," jelasnya.

Ia berpendapat, jumlah 15 persen yang menghendaki Islam sebagai dasar negara karena hingga kini, negara belum mampu menguatkan Pancasila sebagai ideologi  negara terhadap masyarakat. Hal itu berbeda dengan orang-orang yang tergabung dalam gerakan salafi yang mengimani bahwa Islam harus menjadi ideologi negara.

Negara sampai sejauh ini, dalam pandangannya, belum mampu untuk menunjukkan kenapa harus misalnya beriman kepada Pancasila. Mengapa ketika mengamalkan dan menerima Pancasila sebagai dasar negara, itu sama saja dengan kita mengimani dan mengamalkan Islam. 

“Nah ini adalah salah satu problem dari perlunya penguatan wawasan kebangsaan dan deradikalisasi," tandasnya. (Husni Sahal/Ibnu Nawawi)