Jakarta, NU Online
Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) H As’ad Said Ali menegaskan, rasa kebangsaan Nahdlatul Ulama tumbuh dan dilandasi nilai-nilai keagamaan pesantren. Hal inilah yang membedakan nasionalisme NU dengan nasionalisme sekuler.
<>
Demikian disampaikan As’ad pada peluncuran Program Penguatan Aswaja Ikatan Pelajar NU (IPNU) di Jakarta, Kamis (18/7) petang. Acara yang dirangkai dengan bedah buku dan buka puasa bersama ini dihadiri penulis buku Ahmad Baso, Ketum Pimpinan Pusat Ikatan Sarjana NU (ISNU) Ali Masykur Musa, pengamat politik Marbawi A Katon, dan ratusan pelajar NU.
Menurut dia, salah satu pendiri NU KH Wahab Hasbullah mendirikan organisasi Nahdlatul Wathan (kebangkitan Tanah Air) pada 1916 bukan atas dasar motivasi kosong. Keputusan tersebut didorong dan dijiwai oleh ajaran pesantren.
As’ad mengatakan, nasionalisme sekuler yang juga masih berkembang saat ini menolak pandangan ini. Menurut paham sekulerisme, agama dilarang masuk sama sekali ke dalam negara. “Nasionalisme Islam dan nasionalisme sekuler masih bertempur hingga sekarang,” ujarnya.
Demikian dalam hal toleransi. Penulis buku Negara Pancasila ini menilai, Indonesia cocok dengan toleransi ala NU yang menolak kebebasan mutlak dalam berekspresi tanpa mempertimbangkan nilai-nilai adat dan agama di Tanah Air.
“Liberasi yang diarahkan ke positif. Bukan negatif yang semata mengikuti Barat,” jelasnya.
As'ad optimis, NU tetap diminati dan berjaya di masa mendatang."Insyaallah hari lahir ke-100 NU akan tampil dengan wajah berseri dan gagah," katanya.
Penulis: Mahbib Khoiron
Terpopuler
1
LF PBNU Rilis Data Hilal Jelang Rabiul Awal 1447 H
2
Istikmal, LF PBNU: 1 Rabiul Awal 1447 Jatuh pada Senin, Maulid Nabi 5 September
3
NU Banten Membangkitkan Akar Rumput
4
Rais Aam PBNU dan Sejumlah Kiai Terima Penghargaan dari Presiden Prabowo
5
IPNU-IPPNU dan PCINU Arab Saudi Dorong Tumbuhnya Tradisi Intelektual di Kalangan Pelajar
6
Dirut NU Online Dorong PCNU Kota Bekasi Perkuat Media dengan Ilmu Pengetahuan
Terkini
Lihat Semua