Nasional

Nabi Muhammad Tempatkan Hak Manusia sebagai Dasar Relasi Sosial

Sel, 19 Oktober 2021 | 01:30 WIB

Nabi Muhammad Tempatkan Hak Manusia sebagai Dasar Relasi Sosial

Menteri Agama Republik Indonesia (Menag RI) H Yaqut Cholil Qoumas (Foto: kemenag)

Jakarta, NU Online
Menteri Agama Republik Indonesia (Menag RI) H Yaqut Cholil Qoumas mengungkapkan, kemuliaan akhlak dan kepemimpinan Nabi Muhammad adalah magnet yang menjadikan umat Islam selalu merindukannya setiap waktu.


“Ia (Nabi Muhammad) sosok yang lahir dan tumbuh sebagai pribadi yang penuh kasih-sayang, merangkul semua yang berbeda, dan menempatkan hak-hak manusia sebagai dasar relasi sosial,” kata Menag dalam Peringatan Maulid Nabi Tingkat Kenegaraan di Auditorium HM Rasjidi, Kantor Kementerian Agama RI, pada Senin (18/10/2021).


Menag mengungkapkan fakta sejarah bahwa di bawah kepemimpinan Nabi Muhammad tercipta harmoni yang begitu indah di Madinah, meskipun dihadapkan pada keberagaman agama, kebudayaan, dan keyakinan. Bagi bangsa Indonesia, mencontoh akhlak dan jejak kepemimpinan Nabi Muhammad merupakan sebuah keniscayaan.


“Para pendahulu bangsa kita telah meletakkan dasar-dasar berbangsa dan bernegara dengan menempatkan harmoni dan kerukunan sebagai spirit universal yang akan menjaga Indonesia tetap utuh,” tegas Gus Yaqut, demikian ia akrab disapa.


Ditegaskan, Indonesia hari ini adalah cerminan dari negeri Madinah yang penuh dengan toleransi. Di dalamnya terdapat rasa saling menghormati dan memberikan kepastian bagi segenap keyakinan untuk menjalankan ajarannya.


“Tugas kita semua untuk menjaga NKRI tentu masih terasa berat. Ada banyak tantangan dan rintangan yang berupaya untuk meruntuhkan nilai-nilai yang selama ini telah merawat harmoni di tengah keragaman,” ujar putra KH Muhammad Cholil Bisri itu.


Meski begitu, Menag merasa optimis bahwa semua tantangan dan rintangan itu akan mudah dilewati selama agama dan negara berjalan beriringan. Keduanya, tidak boleh dipertentangkan dan dibenturkan. Sebab agama dan negara merupakan dua sisi yang saling berkaitan.


“Spirit Maulid Nabi Muhammad seharusnya menginspirasi kita semua untuk tidak pernah berputus asa memberikan yang terbaik untuk bangsa dan negara. Baginda Rasulullah telah mengajarkan kepada kita bagaimana cara mengelola keragaman. Allah juga telah menganugerahi kekayaan alam dan budaya. Salah satu cara bersyukur kita adalah dengan merawat kekayaan alam dan budaya itu dengan lebih baik,” jelasnya.


Selain itu, Menag Yaqut menegaskan bahwa spirit Nabi Muhammad mengajak umat Islam untuk berani berjihad dengan berani mengedepankan persamaan daripada perbedaan. Sebab Allah lebih banyak menganugerahi persamaan kepada manusia, meskipun perbedaan tetap ada. Namun, jumlahnya tentu lebih sedikit ketimbang persamaannya.


“Ini ujian kita, apakah kita mampu menjadi bangsa yang sibuk mensyukuri persamaan atau justru sebaliknya, sibuk menggali perbedaan. Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya dan senantiasa membimbing kita semua dalam bekerja, membangun dan membimbing umat, bangsa, negara, dan kemanusiaan,” harapnya pada acara yang disiarkan langsung melalui Kanal Youtube Kemenag RI.  


Peringatan Maulid Nabi Muhammad bertajuk Menebar Empati, Perkuat Silaturahmi itu merupakan momentum untuk mendekatkan sosok mulia nabi akhir zaman itu dengan bangsa Indonesia. Terdapat banyak contoh baik yang diwariskan oleh Nabi Muhammad.


“Setiap zaman telah menciptakan caranya sendiri untuk mengenal dan menjabarkan ajaran dan kemuliaan akhlaknya. Begitu juga bangsa Indonesia, peringatan Maulid Nabi adalah cara kita untuk mengenal dan mendekatkan sosoknya terutama kepada para generasi penerus,” pungkas Gus Yaqut.


Sebelumnya, Wakil Presiden Republik Indonesia KH Ma’ruf Amin menjelaskan bahwa Nabi Muhammad merupakan sosok perubahan luar biasa, yang mengubah tatanan masyarakat jahiliyah menjadi khaira ummah hanya dalam tempo 23 tahun.


Perubahan tersebut dilakukan Nabi Muhammad dengan membawa misi akhlak. Menurut Wapres, akhlak yang dibawa Nabi berdimensi hablunminannas dan hablunminallah. Perwujudannya dengan senantiasa menjaga hak-hak kemanusiaan dan selalu memenuhi serta tidak menganggap remeh hak-hak Allah.


Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Muhammad Faizin