Mataram, NU Online
Kurangnya tanah lapang terdekat dari rumah-rumah penduduk terdampak gempa Lombok, Nusa Tenggara Barat, menyebabkan warga memilih memanfaatkan berbagai tempat untuk didirikan tenda pengungsian, seperti sawah, kebun, bahkan pemakaman.
Di Lingkungan Tegal, Kelurahan Selagalas, Kecamatan Sandubaya, NTB, Selasa (21/8), NU Online mendapati puluhan tenda pengungsian di perkebunan. Mirisnya, tenda-tenda pengungsian ini berdekatan dengan sapi-sapi peliharaan warga.
Hamid, seorang warga menuturkan, ia dan saudaranya membawa serta sapi mereka ke pengungsian dengan alasan agar sapi-sapi tersebut tidak kena reruntuhan bangunan rumah jika gempa kembali terjadi. Sebelumnya letak kandang sapi mereka memang tidak jauh dari rumah.
"Juga supaya kami dekat mengawasi dan cepat memberi makan sapi," imbuh Hamid.
Ia mengaku rumahnya yang rusak akibat gempa berada sekitar satu kilometer dari pengungsian.
Hamid tidak sendirian. Tak jauh dari tenda dan ‘kandang sementara’ sapi Hamid, terlihat enam ekor sapi lain. Sementara tenda-tenda pengungsian tak kalah banyak jumlahnya.
Dua ekor sapi dari sapi-sapi itu dipelihara oleh Jumisah. Tetapi, kedua sapi ini pun sebenarnya milik orang lain. Ia hanya bertugas memelihara, dengan sistem bagi hasil keuntungan penjualan.
Bu Johan, pengungsi lainnya mengatakan ada tiga puluh KK di pengungsian bersama sapi yang mereka tempati. Lahan pengungsian sendiri adalah milik seorang warga.
Mengungsi bersama sapi sesungguhnya bukan hal yang mereka inginkan. Pilhan mengungsi bersama sapi adalah alternatif terakhir karena saat ini hanya itulah pilihan terbaik yang bisa mereka lakukan.
Demikian tergambar dari penuturan Hasbullah. Ia mengaku jika malam hari cuaca di pengungsian sangat dingin. "Dingin. Apa boleh buat, kita hanya pasrah saja," katanya.
Aji Bayu Wicaksono, tim dokter NU Peduli yang hari itu datang ke pengungsian untuk memberikan layanan kesehatan, meminta mereka agar selalu menjaga kebersihan. "Selalu cuci tangan," katanya. (Kendi Setiawan)