Nasional

Mendikbud Wajibkan Mahasiswa Menempa Diri di Luar Kampus Selama Setahun

Sel, 30 Juni 2020 | 15:40 WIB

Mendikbud Wajibkan Mahasiswa Menempa Diri di Luar Kampus Selama Setahun

Mendikbud Nadiem Makarim mewajibkan mahasiswa untuk menempa diri selama setahun di luar kampus dalam rencana Kampus Merdeka yang dicanangkannya.

Jakarta, NU Online

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim menuntut institusi pendidikan tinggi untuk meningkatkan inovasinya dengan segala macam risiko yang bakal menjadi penantangnya demi dapat bersaing di dunia internasional.


"Bagaimana mahasiswa kita paling inovatiof kalau institusi pendidikan kita bukan yang paling inovatif," katanya saat Webinar silaturahim virtual Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) dengan Pengurus Lembaga Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (LPTNU) pada Selasa (30/6).


Nadiem menegaskan para pengelola perguruan tinggi untuk tidak takut gagal. Sebab, kegagalan sudah menjadi suatu keniscayaan. Kalau tidak ada yang pernah dicoba berarti tidak inovatif. Menurutnya, kegagalan harus menjadi suatu hal yang ada di semua institusi pendidikan. Hal tersebut, baginya, bukanlah sebuah masalah.


Tak ayal, Nadiem mewajibkan mahasiswa untuk menempa diri selama setahun di luar kampus dalam rencana Kampus Merdeka yang dicanangkannya.


"Kampus merdeka menempatkan satu tahun dari empat tahun untuk melemparkan mahasiswa ke dalam lautan terbuka," ujar menteri yang menamatkan studi perguruan tingginya di Amerika Serikat itu.


Sebab, semua perusahaan di dunia industri menyampaikan hal yang sama, yakni menyebut mereka pintar tetapi tidak siap bekerja. Nadiem melihat hal tersebut karena para mahasiswa hanya berlatih di dalam kolam renang dalam kampus saja sehingga perlu terjun langsung ke lautan untuk mengekspos mereka dari macam arus dan beragam makhluk-makhluk di dalamnya.


Tidak hanya mahasiswa, ia juga akan membawa dosen ke luar kampus untuk menggali pengalaman di luar dunia akademik.


Dengan begitu, menteri kelahiran Singapura itu mendorong ‘pernikahan’ universitas dan dunia lainnya, seperti industri. Hal itu dilakukan guna mendorong kualitas pendidikan Indonesia sesuai dengan relevansinya.


Namun pada realitanya, Ketua PBNU Hanief Saha Ghafur mengatakan bahwa terkadang dunia industri menutup diri untuk tidak menerima mereka. Ketika diminta responsnya mengenai hal itu, Mendikbud menyebutnya sebagai suatu tantangan untuk meyakinkan pelaku industri.


Dalam kolaborasi, jelasnya, perlu ada kepercayaan antara kedua belah pihak. Lagipula, ia mengatakan bahwa ‘pernikahan’ tidak bisa dipaksa, harus berdasarkan kerelaan.


"Benar-benar ini beban masing-masing rektor untuk menciptakan program kurikulum yang available, terjual, dibeli oleh industri. Ini tantangan link and match. Pernikahan masal program kita," ujarnya.


Itulah, jelasnya, standar yang ditetapkan untuk pendidikan tinggi. Jadi, benar-benar harus menjadi akselerator untuk relevansi. Di situ ada tanggung jawab perguruan tinggi untuk menarik perhatian industri.


Nadiem menjelaskan bahwa pada mulanya hal itu seperti magang. Tetapi, waktu satu sampai dua bulan tidak cukup bagi sebuah perusahaan. "Sekarang dia bisa magang satu semester atau satu tahun full. Investment-nya bisa lebih tinggi," pungkasnya.


Pewarta: Syakir NF

Editor: Fathoni Ahmad