Nasional

Mencari Jodoh Itu seperti Orang Memancing

Sen, 18 Oktober 2021 | 02:00 WIB

Mencari Jodoh Itu seperti Orang Memancing

Mencari Jodoh Itu seperti Orang Memancing. (Foto : NU Online/Muhammad Abror)

Jakarta, NU Online
Nyai Hj Atina Balqis Izza Iskandar atau biasa disapa Ning Balqis menjelaskan bahwa urusan jodoh, seharusnya seseorang tidak terlalu berambisi dalam mencarinya. Karena pada dasarnya, jodoh itu sudah dijamin oleh Allah swt. Hal terpenting yang harus dipersiapkan adalah membekali diri terlebih dulu, sebelum dipertemukan dengan jodoh tersebut.
 
“Kita yang masih single, tidak usah risau nanti jodohnya siapa. Tidak usah. Kalau kata Habib Umar bin Hafidz, jodoh itu sudah pasti ada, sudah urusannya Allah. Daripada kita merisaukan hal yang sudah diatur sama Allah, mending kita merisaukan bekalnya,” jelasnya saat mengisi bedah buku Menikah Meraih Sakinah di Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Jakarta, Ahad (17/10/2021).
 
Dalam salah satu rangkaian acara Hari Santri 2021 itu, Ning Balqis mengumpamakan, orang yang mencari jodoh ibarat orang sedang memancing ikan. Dalam memancing, agar hasilnya sesuai harapan, selain lokasi mancingnya harus tepat, umpannya pun tidak boleh sembarangan. Demikian juga dalam mencari jodoh. Jika ingin mendapat jodoh yang saleh, harus mencarinya di tempat berkumpul orang-orang saleh.
 
“Kalau kita misal ingin mancing ikan salmon, tapi nyarinya ke sungai, mau sampai kiamat pun tidak akan dapet. Kalau mancing salmon pun umpannya harus pakai makanan salmon, bukan lele. Begitu pun dengan jodoh. Kalau ingin dapet yang saleh, tapi sering main ke tempat anak-anak nakal, itu hampir mustahil mendapat laki-laki saleh,” ujarnya.
 
Meskipun demikian, lanjut Ning Balqis, seseorang tidak boleh terlalu pilah-pilih pasangan, mencari pasangan yang sempurna. Hal ini tidak baik, karena tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini.
 
“Kalau kata Abuya Al-Habib Abdullah Baharun, enggak ada pasangan yang sempurna di dunia ini, enggak ada. Yang perlu kita lakukan adalah mensyukuri apa yang kita punya. Kita tidak boleh berekspektasi terlalu tinggi. Suami yang menjalani hidup dengan memenuhi tanggung jawab sebagai suami saja, itu sudah romantis,” imbuhnya.
 

Jangan terburu-buru menikah

Pada kesempatan tersebut, putri keempat KH Nor Muhammad Iskandar itu juga menjelaskan agar seseorang tidak memaksakan diri untuk menikah jika belum waktunya. Jangan hanya karena alasan cinta, tanpa memandang banyak sisi lainnya, minta segera dinikahkan. Akhirnya, menjalani pernikahan bukan karena sunah rasul, melainkan karena hawa nafsu. 
 
“Karena, na’ûdzubillah, ujungnya bisa perceraian. Atau paling tidak, sulit mendapat ketenangan dalam berumah tangga,” tegas alumnus Universitas Al-Ahgaff, Mukalla, Yaman itu.
 
Menurut Ning Balqis, dalam mencari pasangan hidup, yang terpenting adalah pembekalan diri terlebih dulu dengan matang. Bagaimana pun, keberlangsungan rumah tangga sangat dipengaruhi sejauh mana persiapan sebelum menikahnya. 
 
“Dalam kitab Al-Hikam disebutkan, man asyraqats bidâyatuhu, asyraqats nihâyatuhu. Barang siapa memulai sesuatu dengan jalan yang baik, maka akhirnya pun akan baik. Maka, kalau pernikahan kita ingin samawa (sakinah, mawaddah, wa rahmah), kita (harus) mengupayakannya sejak proses mencari jodoh,” ungkapnya.
 

Perlunya fiqhul usrah (fiqih keluarga)

Pada kesempatan itu, Ning Balqis juga menjelaskan bahwa salah satu sebab harmonisnya hubungan rumah tangga adalah dengan adanya kesalingan antara suami dan istri. Oleh karena itu, ia menegaskan agar baik pihak suami ataupun istri memahami fiqhul usrah, yaitu fiqih yang menjelaskan bagaimana menjaga hubungan harmonis dalam rumah tangga.
 
“Fiqhul usrah itu hampir sama dengan fiqhun nikah. Tapi dalam fiqhul usrah dibahas seputar hukum-hukum keluarga yang tidak banyak dibahas dalam fiqhun nikah, terutama dalam kitab klasik,” terang Ning Balqis.
 
Hadirnya fiqhul usrah untuk menuntun rumah tangga menjadi tetap harmonis sangat penting. Sayangnya, buku-buku yang membahas tentang ini masih jarang. Kebanyakan buku-buku yang ada, hanya membahas fiqhun nikah yang lebih mengulas hukum-hukum Islam berkaitan dengan hubungan rumah tangga. Hal inilah yang mendorong Ning Balqis menulis buku berjudul Menikah Meraih Sakinah.
 
“Saya menulis buku ini dengan bahasa yang ringan. Tapi, insyaallah, referensinya tidak main-main. Proses menyusun buku ini dari sejak 2011, dan baru terbit tahun 2021. Saya juga sampai minta tashih kepada dua saudara dari Lirboyo,” ungkapnya.
 
Banyak sekali pemahaman-pemahaman seputar fiqhul usrah dalam masyarakat yang belum dipahami. Seperti di antaranya adalah konsep nusyuz (meniggalkan kewajiban salah satu pasangan). “Selama ini nusyuz dipahami hanya perempuan yang berpotensi melakukannya, padahal laki-laki juga bisa,” kata Ning Balqis.
 
Contoh nyata lagi yang umum dipahami khalayak umum adalah tentang hak pilih. Selama ini masyarakat menganggap bahwa hak memilih jodoh itu hanya untuk laki-laki. Padahal, jelas Ning Balqis, perempuan juga punya hak pilih.
 
“Kalau laki-laki yang melamar misalkan agama dan akhlaknya kurang baik, masa kita mau menerimanya? Padahal, pernikahan itu kalau bisa kan sekali seumur hidup, dan itu perjalanan yang sangat panjang. Kita tidak boleh main-main (dalam memilih),” pungkas Ning Balqis.
 
Kontributor: Muhamad Abror
Editor: Syamsul Arifin