Jakarta, NU Online
Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendirian. Ia mesti berinteraksi satu sama lain guna memenuhi berbagai macam kebutuhannya. Tak ayal media sosial menjadi ramai dengan penggunanya.
Manusia punya kebutuhan untuk bersosialisasi sehingga membutuhkan medium guna memenuhi kebutuhannya tersebut. Namun, akan aneh jika media sosial justru melahirkan konflik pertentangan.
"Maka menjadi aneh seaneh anehnya ketika kita bersosial media justru melahirkan konflik pertentangan," kata Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin saat menjadi pembicara dalam kegiatan Pelatihan Literasi Informasi bagi Generasi Milenial di Aston Kartika Hotel, Jalan Kyai Tapa No 101, Tomang, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, Senin (24/6).
Pasalnya, hal tersebut menjadi bertolak belakang dengan tujuan bermedia sosial, yakni mendapat kabar dan informasi, membangun jaringan dan relasi, hingga menjalin kerjasama dan kemitraan dengan individu atau instansi.
"Sesuatu yang bertolak belakang, tidak saja dengan kita sendiri yang ingin membangun relasi seluas mungkin sebanyak mungkin, tapi juga bertentangan dengan kebutuhan dasar kita sendiri," kata putra KH Saifuddin Zuhri itu.
Tanpa disadari, menurutnya, jika hal tersebut dilakukan maka alam bawah sadar kita bergejolak melebihi dari realitas bahwa sesungguhnya bermedsos dalam rangka memenuhi kebutuhan kita sebagai manusia untuk membangun relasi, pertemanan, dan hubungan sebanyak dan seluas mungkin.
"Jadi kalau kita bersosial media menimbulkan konflik menimbulkan sengketa, apalagi lalu mencurahkan kegeraman kita, kemarahan kita memaki, menghardik, menghujat, dan seterusnya itu sesuatu yang aneh," jelas pria kelahiran 25 November 1962 itu.
Artinya, imbuhnya, kita telah mengingkari kebutuhan manusia untuk membangun relasi. Hal tersebut bisa jadi, katanya, merupakan pengaruh besar hawa nafsu. "Kita boleh jadi lebih dikendalikan oleh nafsu kita, syahwat kita," pungkasnya.
Kegiatan yang diikuti oleh 80 peserta dari berbagai ormas dan komunitas ini digelar oleh Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama. (Syakir NF/Kendi Setiawan)