Membaca Shalawat, Jatidirinya Orang NU
NU Online · Sabtu, 24 September 2016 | 02:00 WIB
Jakarta, NU Online
Katib Syuriyah PBNU KH Abdul Ghafur Maimoen mengatakan, semangat warga NU untuk mensukseskan pembacaan 1 Miliar Shalawat Nariyah dalam rangka peringatan Hari Santri Nasional (HSN) pada bulan Oktober nanti, adalah momentum untuk menampilkan jatidiri.
“Orang nahdliyin itu jatidirinya cinta shalawat, cinta terhadap Nabinya,” katanya kepada NU Online di gedung PBNU, Selasa (20/9).
Warga nahdliyin, menurutnya, semakin sadar bahwa di sana ada orang yang tidak suka shalawat, maka tak heran kemudian orang NU menegaskan jatidirinya.
Ia menjelaskan, shalawat, sebagaimana kata Nabi Muhammad, “Orang tidak beriman, kecuali saya (Nabi Muhammad) lebih dicintai daripada dirinya sendiri”.
“Kita ini kan dari Nabi Muhammad sudah sangat jauh sekali. Perjalanan waktu sudah 1400-an lebih. Untuk menghadirkan Nabi itu kan perlu diucapkan (dengan shalawat, red.),” ujar putra kiai sepuh NU, KH Maimoen Zubair ini.
Karena itulah di NU ada tradisi lain, yaitu haul. Hal itu adalah untuk mengingat agar jasa-jasa dan kebaikan orang yang dihauli diingat kembali setahun sekali.
“Sama dengan upacara peringatan kemerdekaan, orang diingatkan tentang kebangsaan. Orang kan mudah lupa,” tambahnya.
Kiai yang biasa disapa Gus Ghafur itu punya pengalaman pribadi tentang bershalawat. Ia diundang di sebuah pengajian di suatu daerah Jawa Tengah. Ketika hadirin sedang asyiknya bershalawat, muncul orang yang menyebarkan selebaran yang isinya melarang shalawat.
“Orang seperti itu (yang menyebarkan larangan shalawat, red.) punya mental seperti apa? Dia mau berbuat baik atau apa? Dia ingin umat Islam tengkar atau apa?” tanyanya.
Orang seperti itu, tidak bisa hidup dengan komunitas lain. Dia hanya ingin membangun negara ketika akidahnya seperti dia.
“Nah, itu betapa bahayanya. Orang yang keras seperti ini bukan membangun negara, tapi bagaimana agar orang seide dengan dia. Kalau seide dengan dia, baru akan membangun negara. Padahal mustahil semua orang seide dengannya.”
Menurut Gus Ghofur, kalau tidak setuju,sebaiknya disampaikan dengan cara-cara yang baik. Bukan dengan cara menyalahkan apalagi menyesatkan.
Seperti diketahui, PBNU akan menggelar pembacaan Shalawat Nariyah di sepuluh ribu titik dengan jumlah semiliar. Kegiatan tersebut rencananya akan digelar serentak dari Aceh sampai Papua pada 21 Oktober malam. (Abdullah Alawi)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Meyongsong HUT RI dengan Syukur dan Karya Nyata
2
Jadwal Puasa Sunnah Sepanjang Agustus 2025, Senin-Kamis dan Ayyamul Bidh
3
Khutbah Jumat: Rawatlah Ibumu, Anugerah Dunia Akhirat Merindukanmu
4
Khutbah Jumat: Menjadikan Aktivitas Bekerja sebagai Ibadah kepada Allah
5
Redaktur NU Online Sampaikan Peran Strategis Media Bangun Citra Positif Lembaga Filantropi
6
Khutbah Jumat: Dalam Sunyi dan Sepi, Allah Tetap Bersama Kita
Terkini
Lihat Semua