Jakarta, NU Online
Pelukis Nabila Dewi Gayatri menjelaskan tentang pameran tunggalnya, lukisan kiai-kiai Nusantara dari Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari hingga KH Said Aqil Siroj, adalah sebagai pelunasan janji, tanda berbakti, dan penghormatan.
“Sebagai tanda bakti dan penghormatan kepada siapa,” tanyanya yang kemudian dijawabnya sendiri, “kepada abi (ayahnya) dan kepada seluruh ulama Nahdlatul Ulama,” ungkapnya pada pembukaan pameran bertajuk Sang Kekasih di hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta Senin (8/5).
Menurut dia, ketika ayahnya merelakan dirinya menjadi seorang pelukis, ia memberikan satu syarat agar pada suatu saat menyempatkan melukis kiai-kiai NU. Permintaan sang ayah diungkapkan ketika sekitar 2003 ketika Nabila pulang menyelesaikan kuliah S2 jurusan Aqidah Filsafat dari Al-Azhar, Kairo, Mesir.
Kini ayahnya telah meninggal. Permintaanya, bagi Nabila menjadi sebentuk wasiat yang mau tak mau haris dilakukan.
Dimulai sejak tahun 2014, perempuan kelahiran Gresik, Jawa Timur 1969 itu mulai mewujudkannya, melukis satu per satu para kiai dengan segenap cinta dan penghormatan.
“Lukisan-lukisan itu bukan hanya bukti kesediaan atas janji, tapi juga sebagai tanda bakti untuk abah dan para kiai NU lainnya.”
Ulama-ulama NU, menurutnya, sejak awal adalah mereka yang di belakang Soekarno ketika membentuk negera ini. Kemudian kiai-kiai NU konsisten melakukannya. Mereka mengajarkan keteladanan dan membumikan agama.
Bagi Nabila menghadirkan sosok kiai-kiai itu saat ini adalah upaya untuk mengingatkan kepada khalayak tentang keteladanan mereka itu. Hidup mereka yang penuh dengan perjuangan. Segala ucapan dan tindakan mereka tiadak lain demi kemaslahatan umat.
Hal itu karena mereka mengaji tidak hanya pada kitab kuning, hadits dan Al-Qur’an, tapi mengaji kehidupan. “Ngaji urip, segala yang dihamparkan Allah, itu ayat nyata. Mereka semua murid kehidupan,” tegas alumnus Institut Sepuluh November Surabaya itu.
Karena mereka mengaji kehidupan, lanjutnya, tindak-tanduknya santun dan tawadhu. Mereka tidak berbicara jika memang tidak penting untuk berbicara. Mereka menangis ketika melihat orang susah. Mereka memberikan apa yang dipunya.
Pameran Sang Kekasih dibuka ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj dengan memukul gong sembilan kali disaksikan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Jenderal Polisi Tito Karnavian, Ketua PBNU H. Marsudi Syuhud, AIzuddin Abdurrahman, Robikin Emhas, Ketua Umum Pimpinan Pusat PSNU Pagar Nusa M. Nabil Harun, Ketua Umum PP Fatayat NU, dan tamu undangan lain.
Pameran yang memajang 50 lukisan itu akan berlangsung hingga 14 Mei. Tiap hari dibuka pukul 09.00 dan tutup 21.00. (Abdullah Alawi)