Nasional

Media Sosial Hendaknya Digunakan untuk Dakwah Damai

Sen, 25 November 2019 | 10:30 WIB

Media Sosial Hendaknya Digunakan untuk Dakwah Damai

Forum Dialog dan Literasi Media Bijak Bersosial Media kerja sama Kalam Walisongo dengan Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika RI.

Semarang, NU Online
Tidak semua orang menyadari akan pentingnya teknologi informasi khususnya sosial media. Mestinya internet harus digunakan untuk hal-hal yang produktif dan kemaslahatan seperti mengembangkan dakwah Islam yang damai.
 
Hal itu dikatakan Ketua Umum Keluarga Alumni (Kalam) UIN Walisongo Lukman Hakim pada 'Forum Dialog dan Literasi Media Bijak Bersosial Media'. Kegiatan terselenggara atas kerja sama antara Kalam Walisongo dengan Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, pada Ahad (24/11).
 
Lukman melanjutkan sadar atau tidak, saat ini telah memasuki era baru masyarakat Indonesia, yaitu era internet. Dari 360 juta pengguna gawai ada 150 juta orang lebih menggunakan internet. 
 
“Tidak sedikit dari anak bangsa yang masih memanfatkan internet untuk ujaran kebencian dan memproduksi berita hoaks yang meresahkan,” katanya.
 
Di hadapan ratusan mahasiswa dan alumni UIN Walisongo, Lukman berharap agar media sosial (medsos) benar-benar dimanfatkan untuk kemanslahatan bangsa yang aman, damai dan sejahtera. 
 
“Kita perlu mengembangkan sikap bijak bermedsos agar kehidupan semakin baik,” ungkap alumni Fakultas Dakwah UIN Walisongo ini. 
 
Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Widodo Muktiyo mengajak kalangan milenial untuk bijak dalam menggunakan gawai dan bersosial media sebagai salah satu upaya menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
 
"Gawai yang bisa digunakan untuk mengakses berbagai sosial media memang telah menjembatani lompatan kehidupan manusia, namun demikian sebagai alat, mestinya dapat dimanfaatkan dengan tepat," ungkap Widodo.
 
Dirinya melanjutkan, perkembangan teknologi khususnya gawai dinilai telah menjadi candu dalam kehidupan karena hampir sebagian besar waktu digunakan untuk itu.
 
Ia juga menyayangkan kebiasaan orang tua yang memberikan gawai kepada anak dari usia yang sangat dini sehingga dikhawatirkan akan memberikan dampak negatif terhadap anak, terutama dalam hal kesehatan.
 
Wakil Rektor Bidang Akademik dan Pengembangan Kelembagaan UIN Walisongo Semarang M Mukhsin Jamil mengatakan bahwa pada era globalisasi perkembangan teknologi setidaknya tengah memunculkan tiga fenomena yang harus diperhatikan yakni deteritorialisasi, deotoritasi, dan komersialisasi.
 
Deteritorialisasi, lanjut Mukhsin, adalah hilangnya batas-batas geografis, idiologi, sosial dan politik. Munculnya gerakan trans nasional menjadi salah satu indikasinya. Deotorisasi maksudnya otoritas-otoritas yang selama ini berjalan menjadi pudar digantikan oleh orang yang menguasai media. 
 
“Kiai, guru hingga dosen otoritasnya mulai tergeser oleh para pelaku sosial media dan ini menjadi masalah tersendiri,” terang Mukhsin.
 
Karena itu dirinya meminta agar kerja sama antara Kalam Walisongo dengan Kominfo bisa diperluas dan dikuatkan merambah pada bidang kelembagaan dan akademik.
 
Forum ini menghadirkan narasumber Rumadi Ahmad selaku Ketua PP Lakpedsam NU dan M Nafis Junalia, intelektual Islam kenamaan Jawa Tengah. 
 
Hadir pula Sumiati Sesditjen IKP Kominfo, Adnan Kepala Biro AAK, para dekan di lingungan UIN Walisongo dan civitas akademika lain. 
 
 
Kontributor: Imam Kusnin ahmad
Editor: Ibnu Nawawi