Nasional

Mahasiswa NU Didorong Teliti Sejarah Lokal

NU Online  ·  Sabtu, 22 November 2014 | 18:05 WIB

Jakarta, NU Online
Mahasiswa Pascasarjana Sekolah Tinggi Agama Islam Nusantara (STAINU) Jakarta didorong agar dalam menyusun tesis sejarah lokal karena NU sangat kaya sekali dalam hal itu, namu belum banyak diungkap ke permukaan.
<>
“Kita sudah `bising` dengan sejarah `konvensional`, Kartini lagi Kartini lagi, Diponegoro lagi Diponegoro lagi, kita ingin ada suasana baru dalam objek penelitian sejarah,” ungkap Johan Wahyudhi, Dosen Historiografi Islam Nusantara STAINU Jakarta, di Kampus Ciganjur, Jum`at (21/11).

Makanya, kata dia, mahasiswa S2 STAINU Jakarta sebaiknya nanti ketika menyusun tesis itu penelitiannya tentang sejarah lokal.

Menurut Johan, sejarah lokal penting untuk diangkat karena berguna untuk memproduksi tema-tema sejarah yang belum tersentuh. Selain itu sejarah lokal juga dapat dijadikan sebagai landasan penting dalam mencari identitas suatu daerah.

Sehingga, lanjut dia, akan berdampak pada, misalnya hari jadi suatu daerah, tokoh atau pahlawan dan peristiwa heroik yang bisa dibanggakan oleh masyarakat di daerah tersebut, sebagaimana masyarakat Jakarta (Betawi) yang membanggakan tokoh Si Pitung.

“Di era otonomi daerah seperti sekarang ini, daerah-daerah itu berkompetensi untuk menjadi daerah yang terbaik dengan mempunyai misalnya tokoh yang dibanggakan, peristiwa heroik dan sebagainya,” tukasnya.

Kalau sejarah lokal diangkat, tambah Johan, akan ada kekayaan dalam sejarah, akan ada banyak informasi yang didapatkan. Kemudian kita tidak akan memandang bahwa daerah tidak punya sejarah.

Menurut dia, kalau sejarahnya tidak diangkat tentu saja akan ada anggapan bahwa daerah itu tidak punya sejarah yang membanggakan

Johan pun memberikan gambaran bahwa dalam meneliti sejarah lokal, para peneliti akan menghadapi beberapa tantangan, diantaranya adalah minimnya sumber sejarah. Peneliti dituntut untuk kreatif dalam mengumpulkan sumber sejarah. Tentunya yang sesuai dengan kaidah penelitian sejarah.

Untuk menyiasati hal itu, Johan mengatakan, bisa dilakukan dengan mencari sumber sejarah dalam bentuk benda (artefak), selain itu juga bisa  mengambil sumber lisan atau mengembangkan sumber yang ada dalam sejarah nasional. (Aiz Luthfi/Abdullah Alawi)