Nasional

LD PBNU Tegaskan Pendakwah Harus Lepaskan Sifat Sombong

Sel, 17 November 2020 | 09:30 WIB

LD PBNU Tegaskan Pendakwah Harus Lepaskan Sifat Sombong

Ketua Lembaga Dakwah PBNU, KH Agus Salim HS. (Foto: dok. LD PBNU)

Jakarta, NU Online

Ketua Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LD PBNU) KH Agus Salim HS menegaskan, para pendakwah harus melepaskan sifat sombong, hasud, dan merasa paling benar. Sebab, sifat-sifat itu menunjukkan kotornya hati. 


“Lepaslah semua sifat-sifat itu. Kita harus rendahkan diri di hadapan Allah. Karena kita semua tidak punya kemampuan apa pun tanpa-Nya. Laa hawla wa laa quwwata illa billah,” katanya kepada NU Online, Selasa (17/11) siang.


Menurutnya, jika para juru dakwah mampu melepaskan sifat merasa paling benar dan menanggalkan rasa ingin diakui di hadapan manusia maka itulah sesungguhnya yang menjadi esensi akhlakul karimah. 


“Juru dakwah itu harus memberikan teladan dan contoh baik kepada umat. Jangan sombong, hasud, dan merasa paling benar. Maka bagi siapa pun pendakwahnya, harus mengedepankan akhlak mulia,” tegas Abi Agus, demikian Ketua LD PBNU ini akrab disapa.


Lebih lanjut, katanya, dakwah itu artinya mengajak agar umat mampu memahami ajaran Islam yang damai dan mengutamakan cinta-kasih sebagaimana yang telah diteladankan pula oleh Nabi Muhammad Saw semasa hidupnya.


“Oleh karena itu, para pendakwah ini memiliki tugas untuk menyampaikan firman Allah dan teladan Nabi yang mulia itu, juga dengan cara-cara baik. Jangan sampai hanya karena memiliki pengikut yang banyak, justru kalimat yang keluar adalah perkataan yang tidak baik,” katanya.


Kiai Agus menambahkan bahwa para pengikut yang jumlahnya tidak sedikit itu justru harus dituntun agar mampu melanjutkan risalah dakwah yang disampaikan oleh para pendakwah, sehingga sampai ke masyarakat dan menciptakan tatanan kehidupan yang beradab.


Ia juga menyampaikan, tidak boleh ada kalimat-kalimat yang keluar dari mulut pendakwah kecuali ajakan untuk menyemai kebaikan dan semangat untuk meningkatkan kualitas ibadah kepada Allah. Dengan kata lain, Kiai Agus menekankan agar para pendakwah tidak berubah fungsi menjadi provokator.


Kiai Agus kemudian mengutip firman Allah yang termaktub dalam Surat An-Nahl ayat 125 sebagai sebuah metode atau cara yang baik untuk berdakwah. Pertama kali yang harus dilakukan oleh juru dakwah adalah dengan hikmah atau kebijaksanaan. 


“Pendakwah itu harus bijaksana dalam mengajak umat ke jalan Allah. Tidak boleh kasar, sombong, dan angkuh. Banyak kisah-kisah hikmah yang diteladani Nabi, itu bisa diambil sebagai bahan materi untuk ceramah,” ungkapnya.


Kemudian, pendakwah harus mampu mengolah kalimat narasi penyampaiannya dengan mauidzoh hasanah atau nasihat-nasihat yang baik. Menurut Kiai Agus, masyarakat sudah terbebani oleh berbagai masalah kehidupan maka ketika pendakwah menyampaikan pesan haruslah dengan kalimat yang menyejukkan. 


“Pendakwah harus memberikan kenyamanan buat umat dalam beragama. Jangan bikin resah. Mereka sudah beban dengan persoalan hidup. Tugas pendakwah bukan untuk menambah masalah dengan kalimat keresahan-keresahan. Jadi pendakwah itu harus memberikan rasa aman dan nyaman untuk umat,” tegas Kiai Agus.


Sejalan dengan pernyataan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, Kiai Agus juga meminta warga NU untuk tidak terprovokasi oleh pihak-pihak yang sedang berupaya memecah-belah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).


Sebagai informasi, Senin (16/11), dalam sebuah tayangan video, Kiai Said menyampaikan sebuah imbauan agar masyarakat Indonesia, khususnya umat Islam, agar tidak terprovokasi oleh pihak-pihak yang ingin menghancurkan keutuhan NKRI.


"Mari kita pertahankan eksistensi keutuhan NKRI. Jangan sampai kita mudah terprovokasi yang dilakukan oleh sekelompok orang yang ingin memecah-belah sesama kita, yang ingin memecah-belah bangsa ini, yang ada agenda ingin menghancurkan keutuhan NKRI,” tegas Kiai Said.


Kiai yang juga Ketua Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI) dan Ketua Umum Lembaga Persahabatan Ormas Keagamaan (LPOK) nasional ini mengimbau kepada seluruh masyarakat Indonesia, wabil khusus umat Islam, agar menjaga, merawat, mengawal keutuhan keselamatan NKRI.


“Mari kita rawat NKRI yang kita cintai ini menyongsong 100 tahun negara Republik Indonesia,” ujar kiai asal Kempek Cirebon Jawa Barat ini. 


Menurut Kiai Said, apa yang telah diperjuangkan para pendiri bangsa untuk kita, yaitu sebuah Negara Kebangsaan, yang bersatu dalam satu wadah NKRI lintas agama, lintas budaya, lintas suku, lintas peradaban, mari kita rawat dan pelihara.


Kiai Said menambahkan, apapun atau siapapun yang ingin melakukan hal-hal yang negatif dan mengganggu persatuan NKRI mari kita sikapi dan kita lawan.


"Dan mereka itu merupakan musuh bangsa, musuh bersama kita semua," tegas doktor jebolan Universitas Ummul Qurra Makkah Arab Saudi ini.


Pewarta: Aru Lego Triono

Editor: Fathoni Ahmad