Demak, NU Online
Rais Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah, KH Ubaidullah Shodaqoh mengajak semua pihak untuk melawan intoleransi dan radikalisme dengan menyebarkan pemikiran moderat.
"PWNU Jawa Tengah akan berusaha dalam menyebarkan pemikiran-pemikiran moderat guna membantah segala bentuk intoleransi dan gerakan radikal yang saat ini sedang sangat marak," tegasnya.
Hal ini disampaikan pada saat membuka kegiatan bahtsul masail yang diselenggarakan oleh Lembaga Bahtsul Masail (LBM) PWNU Jateng pada Senin (8/7) kemarin di komplek makam Sunan Kalijaga Kadilangu Demak, Jawa Tengah.
“Kami juga tetap menyebarkan pemikiran-pemikiran moderat serta membantah pemikiran-pemikiran intoleransi dan sebagainya. Oleh karena itu, segala isu-isu tentang paham keagamaan yang intoleran, itu harus kita tepis,” tegasnya.
Pengasuh Pesantren Al-Itqon Bugen, Semarang ini mengatakan bahwa hampir dari 36 cabang NU yang ada di Jawa Tengah aktif. Menurutnya, gerakan radikalisme, intoleransi, dan sebagainya jarang terjadi di daerah yang cabang NU-nya aktif. Begitu pula sebaliknya. Radikalisme dan intoleransi akan tumbuh subur di daerah yang cabang NU-nya tidak begitu aktif atau kecil.
“Di mana NU besar di situ, Insyaallah untuk menangkal paham-paham radikalisme, dan intoleransi mudah dilakukan. Sebaliknya di mana NU kok kecil, kering, maka di situlah tumbuh subur intoleransi dan radikalisme,” bebernya.
Dikatakan, sudah banyak sekali pengurus cabang maupun pengurus wilayah yang telah menerbitkan tulisan melalui media yang mereka miliki, baik itu media cetak maupun media berbentuk online. Oleh karena itu, dirinya mengajak para pengurus cabang yang hadir untuk meniru langkah itu, sebab hal ini ternyata cukup efektif dalam mengubur propaganda-propaganda yang ada.
“Beberapa cabang dan beberapa wilayah telah menerbitkan tulisan baik melalui majalah, melalui web, dengan tautan Twitter, Facebook, Instagram, semuanya harus digerakkan supaya mengubur propaganda-propaganda intoleransi dan radikalisme,” ujarnya.
Menyikapi hal itu, PWNU Jateng berencana untuk membentuk suatu badan yang bertujuan untuk menghadapi bermacam-macam masalah mendasar, yakni Pusat Kajian Aswaja. “Oleh karena itu, kalau di Jawa Timur sudah ada Aswaja Center, di Jakarta sudah ada Aswaja Center, tapi saya ingin di Jawa Tengah ini namanya adalah Pusat Kajian Aswaja,” ungkapnya.
Dikatakan, langkah ini ditempuh karena dirasa perlu untuk merespons hal-hal mendasar seperti permasalahan tawasul yang kerap dipermasalahkan. Namun jika tidak direspon, maka akan membuat masyarakat awam menjadi terpengaruh.
“Oleh karena itu, kita perlu merespons hal-hal yang mendasar, seperti masalah tawasul yang terus ditentang, meskipun hanya masalah itu-itu saja, namun bisa mempengaruhi pembaca maupun pendengar,” ucapnya. (Hanan/Muiz)