Nasional

Kritik terhadap Pembongkaran Makam Nabi, Simbol Lahirnya NU

NU Online  ·  Senin, 8 September 2014 | 16:07 WIB

Jakarta, NU Online
Kiai muda asal Majalengka Jawa Barat KH Maman Imanulhaq menegaskan NU dan PKB akan terus mengkritisi isu pembongkaran makam Nabi Muhammad SAW. Alasannya, karena kelahiran Nahdlatul Ulama salah satunya adalah memprotes tindakan Arab Saudi yang ketika itu menggusur makam para wali dan situs-situs bersejarah.
<>
Penegasan ini dikatakan Kang Maman, sapaan akrabnya, usai pertemuan tertutup antara jajaran pengurus PKB dengan pihak Kedutaan Besar Arab Saudi untuk Indonesia. Pertemuan tersebut digelar di lantai 1 Graha Gus Dur Jl Raden Saleh No 9 Jakarta Pusat, Senin (8/9) siang.

“Sejarah mencatat saat itu Komite Hijaz yang dipimpin KH Wahab Hasbullah memiliki misi menggagalkan pembongkaran makam nabi. Ini menjadi pelajaran besar bagi Arab Saudi untuk lebih menghargai nilai-nilai tradisi dan penghargaan terhadap madzhab-madzhab yang berbeda,” ujar Kang Maman.

Menurut dia, Saudi tidak bisa hidup sendirian dengan paham yang sangat skriptualis tetapi harus mengakomodasi paham mainstream, yakni Aswaja. “Karena kita yakin bahwa Saudi sebagaimana Indonesia akan berperan penting dalam menjadikan Islam sebagai spirit untuk perubahan dan perdamaian,” ujarnya.

Kalau hal itu bisa dilakukan, Kang Maman berkeyakinan, Arab Saudi dan Indonesia akan menjadi negara besar untuk menciptakan sebuah tatanan dunia global yang lebih baik. Bagi dia, upaya tabayun yang dilakukan kedua belah pihak menjadi mekanisme yang menarik, bahwa isu-isu keumatan tidak langsung direspons secara emosional.

“Tetapi harus ada dialog dari pihak-pihak tertentu. Yang kedua, kita harus lebih dewasa yang isu itu masuk dalam konteks yang lebih luas,” tegasnya.

Kang Maman menambahkan, harus diupayakan agar tidak selalu muncul isu yang sama. “Karena isu ini selalu muncul belakangan. Tahun lalu muncul, sekarang muncul. Bisa jadi tahun depan dan kapan-kapan akan muncul lagi.”

Ia ingin memberikan sebuah ibrah bahwa publik harus bersabar menanggapi isu dan bisa mengawal agar isu itu tidak terulang kembali. “Jangan habiskan energi umat untuk isu-isu yang tidak jelas. Jangan sakiti umat untuk sekedar konflik yang tidak penting. Kami yang menjadi pelayan warga NU ingin mengajak semua untuk mengedepankan dialog,” pungkasnya. (Ali Musthofa Asrori/Mahbib)