Nasional

Kontribusi Konkret Kiai Afifudin Muhajir untuk Kemaslahatan Umum

Rab, 20 Januari 2021 | 09:40 WIB

Kontribusi Konkret Kiai Afifudin Muhajir untuk Kemaslahatan Umum

Penganugerahan gelar Doktor Honoris Causa kepada KH Afufudin Muhajir wujud komitmen UIN Walisongo Semarang sebagai apresiasi untuk putra-putri bangsa yang telah berkontribusi konkret untuk masyarakat dan bangsa. (Foto: UIN Walisongo)

Semarang, NU Online
Rektor UIN Walisongo Semarang, Prof H Imam Taufiq memberikan sambutan pada acara penganugerahan gelar akademik Doktor Honoris Causa kepada KH Afifuddin Muhajir dalam bidang Ilmu Fiqih dan Ushul Fiqih pada Fakultas Syariah dan Hukum, Rabu (20/1). Acara ini berlangsung secara offline dan online melalui video telekonferensi aplikasi Zoom dan disiarkan langsung melalui media YouTube.

 

Rektor memberikan apresiasi kepada Kiai Afifuddin yang telah berkontribusi secara konkret untuk kemaslahan masyarakat secara umum. Selain itu ia mengaku sangat bangga dengan kontribusi para ulama Nusantara yang telah mewarnai pemikiran khazanah keislaman di Indonesia baik melalui karya tulis maupun pengajaran. 


"Penganugerahan gelar Doktor Honoris Causa ini merupakan wujud komitmen UIN Walisongo Semarang sebagai apresiasi untuk putra-putri bangsa yang telah berkontribusi konkret untuk masyarakat dan bangsa," ungkap Imam Taufiq.

 


Prof Imam Taufiq juga mengatakan pesantren yang telah menelurkan pemikiran-pemikaran yang kritis dan mendalam terutama soal agama dan negara untuk kemaslahan masyarakat. Pemikiran Kiai Afifudin terutama fatwanya tentang larangan shalat Jumat diawal pandemi, adalah respons cepat teks syariah dan konteks pandemi. Fatwa itu berhasil mengkombinasikan konsep hauf dan raja' antara usaha dan tawakal.

 

"Beliau mampu mendialogisasikan urgensi ibadah dengan menolak kerusakan dan mengambil kemaslahatan," ujar Prof Imam Taufiq.

 

Dari pemikiran Kiai Afifuddin Muhajir, menandakan bahwa gagasan para kiai pesantren telah berhasil mewujudkan pemikiran fiqh yang responsif kontemporer yang tidak hanya terbatas dalam persoalan ibadah saja melainkan juga relasi agama dan negara. Gagasan ini dianggap sesuai dengan paradigma kesatuan wahdatul ulum (kesatuan ilmu) yang selama ini menjadi paradigma kampus hijau itu.

 

"Gagasan ini relevan dengan paradigma kesatuan ilmu wahdatul ulum yang menjadi paradigma UIN Walisongo. Paradigma ini mendorong integrasi antara ilmu-ilmu agama dengan ilmu sosial humaniora sekaligus ilmu sains dan teknologi. Ini menunjukkan bahwa pesantren dan pembelajarannya merespon dengan cepat," jelas Pengasuh Pesantren Darul Falah itu.


Rektor sangat menghargai upaya kiai pesantren dalam pengajaran dan pendidikan. Karena itu ia menjanjikan untuk memberi beasiswa penuh bagi para santri yang telah hafal Al-Qur'an dan juga menguasai kitab-kitab karya ulama salaf seperti Fathul Mu'in, Fathul Wahab, dan lainnya. 

 

"Kami mengadakan seleksi khusus pesantren salaf dengan santri-santri yang memiliki kemampuan itu dengan beasiswa penuh," tegasnya.

 

Kontributor: Abdullah Faiz
Editor: Kendi Setiawan