Nasional

Pesan Harlah Ke-87 GP Ansor, Gus Yaqut: Responsif terhadap Problem Masyarakat

Sen, 19 April 2021 | 03:40 WIB

Pesan Harlah Ke-87 GP Ansor, Gus Yaqut: Responsif terhadap Problem Masyarakat

Ketua Umum PP GP Ansor, H Yaqut Cholil Qoumas. (Foto: NU Online)

Jakarta, NU Online

Seluruh kader Gerakan Pemuda Ansor diharapkan responsif terhadap setiap problem masyarakat. GP Ansor juga diharapkan tidak hanya mampu merespons berbagai dinamika sosial, politik, dan kenegaraan di negeri ini, tetapi saat ini juga diminta harus responsif terhadap dinamika kesehatan yang sedang berkembang. 


Demikian pesan Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Gerakan Pemuda (GP) Ansor H Yaqut Cholil Qoumas yang disampaikan melalui podcast Harlah ke-87 Ansor, di kanal Youtube Gerakan Pemuda Ansor, pada Ahad (18/4) malam. Podcast tersebut diadakan sebagai rangkaian dari peringatan Harlah ke-87 Ansor yang jatuh pada 24 April 2021 mendatang.


“Pesan yang ingin kita sampaikan bahwa kader-kader Ansor ini bukan hanya responsif terhadap dinamika sosial, politik, kenegaraan, tetapi juga dinamika kesehatan, kita juga harus responsif. Jadi saya kira itu bedanya antara Harlah tahun ini dan harlah-harlah sebelumnya,” tutur Gus Yaqut, sapaan akrabnya. 


Hal tersebut dibuktikan melalui desain logo Harlah ke-87 Ansor yang terdapat gambar masker. Logo ini juga sudah diluncurkan beberapa hari lalu. Menurut Gus Yaqut, logo itu bermakna sebagai wujud atau bentuk bahwa kader Ansor selama ini sadar terhadap situasi yang sedang dialami. 


“Kira-kira di Harlah kita tahun ini, 87 tahun, kalau kita lihat (logo) ada maskernya nih. Ini logo resmi sudah diluncurkan, ada gambar maskernya. Ini adalah wujud atau bentuk bahwa kita ini sebagai kader aware (sadar) dengan situasi yang sedang sama-sama kita alami,” tegasnya. 


Pesan khusus yang demikian itu sesungguhnya sudah ada pada perayaan Harlah ke-86 tahun lalu. Sebab pada tahun lalu, Ansor juga mengalami situasi peringatan Harlah yang sama-sama sedang dalam masa pandemi Covid-19.


“Hanya bedanya, di tahun lalu itu kita masih belum mengerti dan masih meraba-raba. Covid-19 ini seperti apa, penyakit apa, kok semua orang jadi takut, bingung, tidak mengerti harus bagaimana. Nah tetapi tahun ini, saya kira, kita sudah belajar banyak dari perjalanan selama setahun dari Harlah tahun lalu sampai sekarang,” terang Gus Yaqut.


Kini, ia yakin kader Ansor sudah memahami tentang bagaimana cara menghindarkan diri dari Covid-19. Jika pemerintah saat ini sedang berikhtiar melakukan vaksinasi kepada seluruh warga negara, maka seluruh kader Ansor juga berikhtiar untuk membantu pemerintah. 


“Kalau pemerintah kan ikhtiarnya vaksinasi nih, seluruh warga negara divaksinasi. Ikhtiar kita sebagai warga negara tentu harus membantu pemerintah dengan 5M yakni Menjaga jarak, memakai masker, mencuci tangan, mengurangi mobilitas, dan menghindari kerumunan,” tuturnya. 


Podcast yang dipandu Jonathan Latumahina itu, mendatangkan pula Ketua PP GP Ansor Bidang Ekonomi Sumantri Suwarno yang merefleksikan berbagai inisiatif Ansor pada saat awal-awal pandemi Covid-19 di Indonesia. 


“Kita ingat sekali di awal-awal, Ansor menjadi salah satu yang cepat merespons, bahkan ketika pemerintah belum mengumumkan secara resmi mengenai masuknya Covid-19 di Indonesia. Ansor sudah dari awal menyebarkan imbauan-imbauan untuk mengantisipasi menyebarnya pandemi waktu itu disebut corona,” katanya.


“Saya masih ingat sekali teman-teman di bidang media GP Ansor mengeluarkan video klip yang kalau kita dengarkan sangat merinding, yaitu shalawat thibbil qulub dengan latar belakang kirab nasional. Itu luar biasa. Sampai sekarang saya masih simpan dan sering saya putar,” imbuh Mantri, sapaan akrabnya. 


Di awal-awal kemunculan pandemi, kata Mantri, Gus Yaqut membeli akun zoom yang bisa menampung 500 orang, bahkan lebih dari itu yakni kapasitas untuk 1000 orang. Sebab, saat itu, Ansor ingin menggelar rapat sebesar-besarnya dengan seluruh pengurus se-Indonesia.


“Bahkan terus terang kita dulu agak capek karena tiap malam diajak rapat, selama lockdown dua minggu pertama itu, sebentar-sebentar kita dihubungi diminta rapat,” katanya.


Dari situ, banyak hal dibicarakan bersama. Salah satunya adalah soal kepemimpinan GP Ansor dalam merespons isu pandemi Covid-19. Karena itu dibuatlah Gugus Tugas Penanganan Covid-19 GP Ansor. Itulah gugus tugas yang pertama kali dibentuk di antara ormas atau badan di luar pemerintah. 


“Dalam rangkaian rapat-rapat online itu, dalam suasana lockdown, siang malam kita rapat, juga muncul mengenai respons kewaspadaan atas kemungkinan putusnya jalur logistik kebutuhan pokok, sehingga Gus Yaqut meminta kita untuk melakukan pemetaan jika pandemi ini benar-benar berkepanjangan yang membuat jalur logistik terputus,” jelas Mantri.


Ansor mulai melakukan pemetaan dan membuat sentra-sentra logistik atau lumbung di berbagai basis yang dimiliki. Segala hal yang dilakukan Ansor selama satu tahun pandemi ini, kata Mantri, bukan hanya soal langkah inisiatif saja tetapi juga tentang konsistensi.


“Konsistensi itu ketika orang sudah mulai melupakan pandemi Covid-19, GP Ansor tiga minggu lalu masih membagikan masker di Sulawesi Utara. Ansor mulai membagikan masker sejak April tahun lalu dan baru sekitar tiga minggu lalu rangkaian pembagian masker itu ditutup,” katanya. 


Mantri menjelaskan bahwa yang ditutup adalah rangkaian pembagian masker, bukan pembubaran Gugus Tugas Penanganan Covid-19 GP Ansor yang sudah bekerja untuk kemanusiaan selama setahun ini. “Saya bangga luar biasa dengan konsistensi GP Ansor dalam penanganan Covid-19 ini,” katanya. 


Ia berharap kepada kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana Doni Monardo agar memberikan penghargaan kepada Kepala Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Faisal Saimima. Sebab sudah berkeliling di seluruh wilayah Indonesia untuk berinisiatif membagikan masker, tanpa tugas dari pemerintah. 


Pewarta: Aru Lego Triono

Editor: Fathoni Ahmad