Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Said Aqil Siroj meminta masyarakat Indonesia untuk selalu waspada terhadap gerakan radikal dan intoleransi semacam ISIS. Karena menurutnya, pada tahun 2017, ISIS punya agenda masuk ke Indonesia secara massif.
“Ini dokumen ISIS yang saya ketahui,” ungkapnya saat menyampaikan sambutan pada Hari Lahir (Harlah) ke-57 PMII di Sekretariat Gedung PB PMII, Jl. Salemba Tengah, Jakarta Pusat. Senin (17/4).
Hal tersebut merupakan konsekuensi dari era keterbukaan. Maka, katanya, Indonesia ini menjadi negara yang paling mudah dimasuki arus dari luar, baik narkoba, maupun ideologi ekstrem.
Kiai asal Kempek, Cirebon ini juga membeberkan hasil survei media Kompas yang menyatakan simpatisan ISIS di Indonesia yang telah mencapai 4%.
“Tapi kita tidak boleh gentar, kita tidak boleh minder, kita tidak boleh rendah diri,” ajaknya, karena dia menyakini dengan keberadaan pesantren dan para kiai yang menjadi benteng negara Indonesia .
“Kalau bukan kita yang akan membentengi, saya tidak yakin. Kalau bukan kiai-kiai pesantren yang membentengi budaya bangsa ini, saya enggak yakin, sejauh mana kekuatan yang non-pesantren itu. Kalau kiai sudah terbukti,” tegasnya.
Ia mencontohkan bagaimana kekuatan karakter dan sikap para kiai yang dalam menjaga budaya saat Indonesia dijajah selama 350 tahun.
Menurutnya, saat itu para kiai mengambil sikap yang sangat tegas dalam melawan budaya dan perilaku Belanda: para kiai melarang menulis dari kiri, anak laki-laki yang baligh dilarang memakai celana pendek, saksi pernikahan harus memakai kopiah.
“Benci budayanya, benci perilakunya, politiknya, benci bahasanya,” katanya.
Atas sikapnya itu, para kiai mewarisi karakter yang kokoh, sikap non-kooperatif, mabadinya yang luar biasa, sekalipun ada sisi negatifnya, yaitu para kiai tidak menegrti bahasa Belanda.(Husni Sahal/Abdullah Alawi)