Nasional

Komitmen Kebangsaan, Haluan Khittah Politik NU

NU Online  ·  Kamis, 7 Juni 2012 | 09:02 WIB

Jakarta, NU Online
NU didirikan untuk menjaga keutuhan bangsa. Bagi kalangan pesantren, NU adalah organ yang menjiwai nafas masyarakat Indonesia pada umumnya. NU berkontribusi dalam memelihara keragaman suku, bahasa, dan agama. Sederhananya, keragaman itu bagi NU adalah karunia Tuhan Yang Maha Kuasa untuk bangsa Indonesia.<>

Keragaman tersebut dihayati sepenuhnya kalangan pesantren. Atas dasar kedalaman kesadaran demikian, tokoh NU dan nahdliyin sepenuhnya mendukung terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Mereka berperan penting dalam pendirian Republik Indonesia.

Tekanan otoriter kolonial, menjatuhkan nasib buruk bagi masyarakat. Empati terhadap nasib bangsa Indonesia menjadi konsekuensi atas penghayatan warga NU. Tuntutan untuk mengubah nasib sesama, memicu NU bersama elemen lain untuk membentuk NKRI. NKRI adalah jaminan hak dan kewajiban hidup bersama di bawah payung hukum internasional maupun nasional.

“NU yang diinisiasi oleh kaum pesantren, didirikan untuk dua sasaran sekaligus; paham Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) dan kebangsaan”, ungkap Abdul Mun‘im DZ., wasekjen PBNU di hadapan belasan mahasiswi jurusan Hubungan Internasional (HI) ke PBNU Jl Kramat Raya No.164 Jakarta Pusat, Rabu (7/6) siang.

Belasan mahasiswi jurusan HI dari 3 kampus; UI, UGM, dan Universitas Lehigh AS, bertandang ke PBNU. Dimediasi sejumlah dosen, mereka mengadakan dialog terbuka terkait pandangan agama dan kebangsaan NU.

Kaum pesantren mengorganisir diri untuk membela paham Aswaja. Di bawah tekanan rezim Arab Saudi pada awal pembentukan NU 1926, kemerdekaan bermazhab termasuk paham aswaja, dibatasi seketat mungkin. Rezim Arab Saudi yang didukung paham Wahabi (paham Islam garis keras), mencoba memberangus paham Aswaja di Mekkah maupun di tanah air lewat agen mereka.

Pada saat yang sama, iklim politik di tanah air sedang menggejolak. Menjadi bagian dari bangsa, NU masuk dalam gelombang pergerakan kemerdekaan. NU memainkan peran penting dalam pembentukan dan perumusan dasar NKRI.

Dari sana, NU kemudian mengawal keberlangsungan keutuhan Negara Indonesia. Politik, sosial, ekonomi, dan budaya, mengalir dengan dinamikanya. Hanya saja NU akan mendampingi perjalanan kebangsaan sesuai dengan haluan, dasar, dan ide-ide kebangsaan yang dituangkan para pendiri bangsa.

Pilihan NU ini, bukan tanpa risiko. Kelompok Islam menuduh NU tidak berkomitmen kepada Islam dan tidak militan. Bahkan karena komitmennya pada kebangsaan dan tradisi lokal, sebagian kelompok Islam menuduh NU sebagai ormas penganut bidah dan kafir. Namun, NU akan berjalan terus membela paham Aswaja dan keutuhan bangsa. Karena, komitmen kebangsaan sudah menjadi khittah politik NU,” tandas Mun‘im.


Redaktur: Mukafi Niam
Penulis    : Alhafiz Kurniawan