Tahun ini, Gerakan Pemuda Ansor sukses mengadakan Kirab 1 Negeri dengan menjelajahi ratusan kabupaten dan kota di Indonesia dari lima titik terluar menuju ke tengah. Titik berangkatnya, secara berbarengan dimulai Sabang (paling barat, berada di Aceh), Nunukan (paling utara, Kalimantan Utara), Miangas (paling utara, Sulawesi Utara), Merauke (paling timur, Papua), dan Rote (paling selatan, Nusa Tenggara Timur).
Kirab 1 Negeri dimulai dari lima titik terluar Indonesia, mewakili lima sila dalam Pancasila dan lima dalam rukun Islam, serta shalat dalam sehari semalam. Dari lima titik tersebut Kirab 1 Negeri, ada 17 orang yang membawa bendera merah putih. Hal ini bermakna hari kemerdekaan Indonesia jatuh pada tanggal 17 dan dalam sehari semalam umat Islam melaksanakan shalat wajib sebanyak 17 rakaat.
Menurut Sekretaris Jenderal GP Ansor Adung Abdul Rochman, kirab yang melewati 200 kabupaten dan kota dirancang setahun sebelumnya setelah GP Ansor memandang, paling tidak, empat hal yang tengah terjadi di Indonesia saat ini yang melatarbelakanginya. Pertama, ancaman dari sekelompok kecil orang yang ingin mengubah konsensus kebangsaan Indonesia yaitu Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945.
Yang kedua, ada kelompok kecil yg menggunakan agama sebagai alat politik atau mempolitisasi agama, dan menggunakan agama sebagai sumber konflik. Ada pihak-pihak yang menggunakan pemahaman agama mereka sebagai kebenaran tunggal, suka menyesatkan dan mengkafirkan pihak lain.
Ketiga, masyarakat yang sebenarnya toleran dan jumlahnya mayoritas, menjadi kalangan diam sehingga suara kecil yang intoleran yang mengemuka di pemberitaan. Keempat, keprihatinan kondisi negara lain, khususnya dunia Islam yang dilanda konflik dan peperangan yang tidak berkesudahan.
Ketua Umum GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas mengatakan, kirab bertema “Bela Agama Bangsa Negeri” ini digelar dengan tujuan memperkokoh konsensus kebangsaan di tengah berbagai kemelut dan ancaman yang dihadapi Indonesia saat ini.
Kirab ini tujuannya untuk mengokohkan konsensus nasional bangsa Indonesia yakni Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI dan UUD 1945.
Di samping itu tujuan lain kegiatan ini adalah menguatkan kembali fungsi agama sebagai rahmah, compassion, dan sumber perdamaian, serta menjadikan Indonesia sebagai inspirasi dalam hal kehidupan yang majemuk dan damai bagi masyarakat global.
Melalui kirab ini, GP Ansor mengajak masyarakat untuk semakin memahami dan menghargai kemajemukan dan keberagaman yang dimiliki bangsa Indonesia. Berbagai keragaman seperti suku, adat, agama, dan bahasa adalah kekayaan yang sangat berharga nilainya.
Menurut Gus Yaqut, sikap saling menghargai berbagai keragaman tersebut seharusnya menjadi modal dasar untuk melanjutkan pembangunan yang sudah dirintis para pendiri negeri.Selain itu, lanjut Gus Yaqut, Kirab Satu Negeri ini juga bertujuan untuk mengajak mayoritas masyarakat yang cenderung tidak berani bersuara terhadap politisasi agama demi tujuan-tujuan politiknya.
Kirab Satu Negeri, terang Gus Yaqut, juga diharapkan menjadi kampanye yang positif untuk menunjukkan kepada dunia internasional bahwa kerukunan di Indonesia bisa terwujud dengan baik karena kokohnya konsensus persatuan dan kebangsaan. (Abdullah Alawi)