Nasional

Kiai Said: Negara dan Agama Dua Amanah Santri yang Harus Dijaga

NU Online  ·  Rabu, 10 Mei 2017 | 02:00 WIB

Pekalongan, NU Online
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) tidak hanya mengapresiasi langkah Menkopolhukam yang secara resmi membubarkan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang sudah tepat, akan tetapi NU beserta santri dan pesantren serta banomnya seperti Banser dan Pagar Nusa akan selalu menjadi garda terdepan untuk menjaga agama yang moderat dan keutuhan NKRI.

Demikian ditegaskan KH Said Aqil Siroj Ketua Umum PBNU pada acara Haflah Akhirussanah Pondok Pesantren (Ponpes) Ribatul Muta’allimin Landungsari, Kota Pekalongan, Jawa Tengah, Senin (8/5) kemarin.

Dikatakannya, sikap pembelaan terhadap negara yang disuarakan Nahdlatul Ulama bukan tanpa dasar, melainkan satu bentuk aplikasi dari apa yang diajarkan Rasulullah.

“Lima belas abad yang lalu Rasulullah telah membangun perabadan dunia ketatanegaraan yang modern. Pendirian Kota Madinah yang dulunya bernama Kota Yasrib merupakan satu bukti Rasulullah telah mempraktikkan satu prinsip muwathonah dalam bernegara dengan basis membangun kewarganegaraan atau citizenship bukan mendirikan kewargaagamaan,” tegasnya.

Kiai Said mengingatkan, agama yang tawasuth dan tasamuh dalam bernegara adalah amanah santri yang harus kita jaga sebagaimana para ulama dan kiai mengajarkan kepada kita. Karena sikap tawasuth (moderat) dan tasamuh (toleran) adalah ciri orang yang berilmu dan berakhlak baik, sedangkan yang radikal dan intoleran itulah cermin orang yang sebaliknya.

Para ulama sudah mencontohkan seperti Pangeran Diponegoro, Kiai Mojo, Imam Bonjol bahkan KH Hasyim Asy’ari yang pernah dipenjara pada saat zaman Jepang telah menfatwakan wajib hukumnya melawan penjajah pada tahun 1945.

Acara yang dihadiri oleh ribuan santri, ratusan tamu undangan, juga nampak hadir para Pengurus Cabang, Pengurus MWCNU dan Ranting NU se-Kota Pekalonngan, pengasuh pesantren se Kota Pekalongan, Walikota Pekalongan dan Wakil Walikota Pekalongan yang juga Ketua Yayasan Ponpes Ribatul Muta’allimin Pekalongan. (Nafi’/Fathoni)