Nasional

Kiai Said Jelaskan 'Menyendiri' sebagai Syariat Islam

Sab, 1 Februari 2020 | 12:30 WIB

Kiai Said Jelaskan 'Menyendiri' sebagai Syariat Islam

Pengasuh Pesantren Al-Tsaqafah yang juga Ketum PBNU, KH Said Aqil Siroj (Foto: Pesantren Al-Tsaqafah)

Jakarta, NU Online
Pengasuh Pondok Pesantren Al-Tsaqafah, Ciganjur, Jakarta Selatan, KH Said Aqil Siroj menjelaskan bahwa Islam memiliki syariat menyendiri. Menyendiri yang dimaksud adalah mempunyai semangat menyendiri, khusyuk, tidak pamer kepada orang lain dalam beribadah.
 
"Walapun ramai, shalat tapi tetap menyendiri nggak? Ya menyendiri. Orang enggak tengok kanan kiri kok, baca Fatihah, baca Suratan, rukuk. Itu namanya menyendiri, walaupun orang banyak," jelas Kiai Said dalam rekaman video Pengajian Maulid Barzanji yang diunggah oleh halaman facebook Al-Tsaqafah, Rabu (22/1).  
 
Saat beribadah shalat, kata Kiai Said, umat Islam dilarang berbicara dengan orang yang ada di sebalah. Apa yang terjadi di depan mata juga harus diabaikan. "Karena ibadah untuk diri sendiri, sehingga dinamakan menyendiri," ujarnya.
 
Baca:
 
Saat berpuasa, Kiai Said juga mengatakan hal itu menyendiri. Banyak makanan dan bermacam-macam minumam dihindari umat Islam saat beribadah puasa. Saat berpuasa, seorang Muslim sedang khalaqa, sedang menyendiri. 

Selain itu, menyendiri juga dilakukan saat Ibadah Haji. "Jamaah haji melakukan ibadah di Tanah Suci Makkah menggunakan ihram, batik, jaket, jas yang harganya mahal lepas semua. Yang dipakai cuma hanya duan kain putih, itu menyendiri," kata Kiai Said yang dalam video tersebut.
 
Penyampaian Kiai Said mempunyai arti dalam syariat Islam, semangat menyendiri adalah cara melakukan ibadah secara khusyuk. Maksudnya ibadah yang hanya berfokus kepada Allah Swt.
 
"Khusyuk dengan Allah, sebatas sementara, shalat lima menit, maka lima menit kita putus dengan yang lainnya. Kita hanya fokus kepada Allah, ngomongnya hanya dengan Allah, menghadapnya kepada Allah," papar Ketua Umum PBNU ini.
 
Setelah penjelasan tersebut, Kiai Said mengutip bacaan Surat Al-Fatihah ayat lima. "Iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in, yang artinya Hanyalah Engkau yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan," imbuhnya.
 
Saat membaca ayat tersebut, sebenarnya umat Islam sedang berhadap-hadapan dengan Allah. "Jadi shalat juga mengandung khalaqa, menyendiri," tegas Kiai Said.
 
Kiai Said lalu menuturkan kisah Nabi Muhammad Saw yang pernah menyendiri beberapa malam dalam menunggu kebenaran, hingga datang kebenaran tersebut yaitu status kenabian. 
 
"Hal itu terjadi pada tanggal 17 Ramadhan pada malam Lailatul Qodar, malaikat datang ketika Nabi Muhammad sedang sendirian. Nabi Muhammad dirangkul malaikat, malaikat berkata 'Iqro ya Muhammad'. Bacalah. Tapi, Nabi Muhammad mengaku tidak bisa, hingga ketiga kalinya malaikat menyampaikan, dan akhirnya turunlah Surat Al-Alaq," beber Kiai Said.
 
 
Pewarta: Kendi Setiawan
Editor: Abdullah Alawi