Surakarta, NU Online
Rais Aam PBNU KH Ma'ruf Amin mengatakan, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah bentuk final yang sudah disepakati oleh para pendiri bangsa. Karena itu upaya mengganti bentuk negara seperti khilafah merupakan pelanggaran terhadap kesepakatan.
"Mengapa khilafah ditolak di Indonesia? Karena melanggar kesepkatan (mitsaq)," tegas Kiai Ma'ruf di depan peserta Halaqah Ulama Pencegahan Radikalisme dan Terorisme di Jateng di Hotel Syariah Jalan Adisucipto Solo, Rabu (18/7).Â
Menurut Kiai Ma'ruf Amin, apakah Islam Indonesia dengan di Arab Saudi sama atau tidak? Ada kesamaanya ada juga perbedaanya, ungkapnya sebagai rilis yang diterima NU Online.
Â
Kesamaannya, kata Kiai Ma'ruf karena sama-sama bersumber pada Al-Qur'an dan Hadits. Tidak sama karena umat Islam di Indonesia mempunyai kesepakatan berupa Pancasila dan NKRI. "Karena itu Islam di Indonesia Islam kafah maal mitsaq (Islam dengan kesepakatan)," tegas Kiai Ma'ruf.
Menurutnya Indonesia bukan negara Islam juga bukan darul harbi (negara perang). Boleh memperjuangkan ajaran Islam tetapi dengan mematuhi kesepakatan berupa aturan dan konstitusi. "Memperjuangkan dengan teror itu bukan jihad. Jihad juga bukan teror," tegasnya. Â
Dalam situasi perang, jihad diartikan perang. Namun dalam situasi damai seperti di Indonesia artinya islah yaitu membangun atau memperbaiki di segala bidang. "Membangun madrasah, kesehatan, sosial, ekonomi itu semua jihad," katanya.
Â
Acara tersebut dibuka Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dihadiri pengurus MUI se-Jateng, unsur pondok pesantren, Ormas Islam dan perguruan tinggi. Selain Kiai Ma'ruf Amin, menjadi pembicara halaqah Kapolda Jateng Irjen Pol Condro Kirono, Pangdam IV/Diponegoro Mayjen TNI Wuryanto, dan Prof Dr Kuswinarno Kepala Balai Litbang Agama Semarang. (Zulfa/Muiz)