Malang, NU Online
Mustasyar PBNU KH Ma'ruf Amin bersilaturahim ke Pesantren Sabilur Rosyad, Kecamatan Sukun, Kota Malang, Jawa Timur, Ahad (28/10) malam. Di pesantren tersebut, Kiai Ma’ruf diminta sang pengasuh pesantren, KH Marzuki Mustamar, untuk membaca kitab Al-Muqtathafat li Ahlil Bidayat.
Kiai Marzuki, yang merupakan Ketua PWNU Jawa Timur ini, meminta Kiai Ma’ruf untuk mengupas halaman 23 dan 28 dari kitab tersebut di hadapan ratusan santri putra dan putri. Kiai Ma’ruf pun mengiyakan. Ia membacakan kitab tanpa harakat satu per satu.
Muncullah utawi iku saat ia membacakan kitab karya Kiai Marzuki Mustamar tersebut. Utawi iku adalah semacam kode-kode kedudukan kalimat dalam bahasa Arab saat diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa khas pesantren. Dengan utawi iku itulah, seseorang bisa ditakar kemampuan ilmu nahwu dan sharafnya.
Ternyata halaman tersebut, mengupas tentang keharusan umat Islam dalam keadaan suci saat menyentuh Al-Qur’an.
Dalam penjelasannya, menurut Kiai Ma’ruf, ada perbedaan pendapat terkait keharusan suci tersebut. Ada sebagian kalangan yang mengatakan tidak apa-apa menyentuh Al-Qur’an meski dalam keadaan punya hadas kecil maupun besar. Salah satu argumen mereka adalah bahwa manusia itu suci.
Namun, menurut Kiai Ma’ruf, memang betul manusia suci, tapi ketika menyentuh Al-Qur’an harus dalam keadaan bersuci atau memiliki wudlu. “Jadi sudah jelas orang haid, orang junub, tidak diperbolehkan menyentuh Al-Qur’an,” katanya.
Tentang perbedaan pendapat mengenai hal itu, menurut Kiai Ma’ruf, masing-masing memiliki dalil. Namun, kalangan Ahlussunnah wal Jamaah, mengharuskan bersuci saat menyentuh Al-Qur’an. (Abdullah Alawi)