Bogor, NU Online
Kiai Ma'ruf Amin mengapresiasi inisiatif Jokowi mengadakan sebuah festival shalawat yang memperebutkan Piala Presiden. Ia bersyukur, memiliki presiden yang rajin menghadiri majelis-majelis dzikir, istighotsah, serta rajin bersilaturahim dengan ulama di pesantren-pesantren.
"Bahkan, Presiden Jokowi-lah yang berinisiatif menetapkan Hari Santri Nasional pada 22 Oktober. Padahal sebelumnya, selama 70 tahun peringatan Hari Santri tidak pernah ada. Pada 2015 lalu, Jokowi menetapkannya," ucap Kiai Ma'ruf pada Pembukaan Festival Shalawat Nusantara di Sentul Internasional Convention Center (SICC), Bogor, Jawa Barat, Sabtu (24/2) malam.
Dengan adanya festival tersebut, Kiai Ma'ruf berharap masyarakat terus menggelorakan shalawat di seluruh Nusantara. Ia menegaskan hal itu karena umat Islam telah mendapat mandat dari Allah untuk bershalawat kepada Nabi Muhammad.
"Kita berharap, mudah-mudahan memperoleh perlindungan dan pemeliharaan dari Allah. Sebagai bangsa, semoga tetap berjaya, utuh, dan bersatu hingga akhir zaman," katanya diaminkan hadirin.
Rais Aam PBNU itu menyebutkan bahwa masyarakat Indonesia memiliki landasan bernegara yang kuat. Yakni, sebuah titik temu sebagai bangsa yang disebut Pancasila. Kemudian, Indonesia juga punya sebuah kesepakatan yang kuat, yaitu Piagam Jakarta yang setelah dibuang tujuh kata dijadikan sebagai UUD 1945.
"Kita berada di bingkai keindonesiaan, NKRI yang satu. Akan tetapi, karena tingkat kemajemukan yang tinggi, maka potensi konflik jelas tinggi. Karena itu, kita harus jaga, kawal, dan rawat secara lahiriah dan batiniah," katanya.
Lembaga pemerintah, majelis agama, dan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), kata Kiai Ma'ruf sebagai institusi yang menjadi pengawalan terhadap keutuhan bangsa secara lahiriah.
"Nah, kalau shalawat adalah kawalan secara batiniah. Kita kawal melalui penggemaan shalawat di seluruh Nusantara," pungkasnya. (Aru Elgete/Kendi Setiawan)