Kiai Luqman Hakim: Rasa Yakin Tepis Kebimbangan
NU Online Ā· Selasa, 4 Mei 2021 | 08:15 WIB

Dengan adanya yakin, kata Kiai Luqman Hakim manusia tidak akan berada di dalam kebimbangan dan keraguan. (Foto: dok istimewa)
Kendi Setiawan
Penulis
Jakarta, NU Online
Penghayatan atas rasa percaya atau yakin yang tinggi seorang Muslim yang pengetahuannya rendah, bisa jadi melampaui Muslim yang lebih berpengatahuan. Rasa yakin orang itu tidak bisa diotak-atik lagi karena ini akibat dari perjalanan ubudiyahnya.
Hal itu disampaikan oleh Pengasuh Maāhad āAly Roudlotul MuhibbinĀ yang juga tokoh sufi, KHĀ Luqman Hakim pada Pesantren Ramadhan yang digelar Majelis Telkomsel Taqwa (MTT) dan Majelis Taālim TelkomāGroupā(MTT), pada Senin (3/5).
Ā
Kiai Luqman Hakim umat Islam diperintah oleh Allah untuk berpikir agar rasa yakinnya semakin kuat. āBukan keyakinan (atau kepercayaan), karena kalau yakin adalah wujud dari kepercayaan yang tidak bisa diganggu gugat,ā kata Kiai Lukman.
Ā
Dengan adanya yakin, lanjut Kiai Luqman manusia tidak akan berada di dalam kebimbangan dan keraguan. Kebimbangan dan keraguan sendiri adalah sumber kekacauan dalam diri manusia. Orang menjadi cemas, menjadi takut, menjadi ragu-ragu karena tidak adanya yakin.
Ā
Dalam sebuah ayat, Allah berfirman āBeribadahlah kepada Tuhanmu sampai datang yakin kepadamu.ā Karena itu mereka terhadap adanya akhirat akan sangat sangat yakin.Ā
Ā
Pada dasarnya, lanjut Kiai Luqman Hakim, ada istilah ilmul yaqin, ainul yaqin, lalu haqqul yaqin. Hal ini untuk mengungkapkan seperti yang disebutkan oleh Sahal bin Abdullah, yakin itu adalah bentuk tambahnya iman atau manifestasi dari iman itu sendiri, lalu menjadi apa yang disebut yakin. Dalam bidang fiqih ini menjadi kaidah fiqih.Ā
Ā
Dengan adanya yakin kaidah fiqih itu tidak bisa dihilangkan oleh keragu-raguan. Misalnya orang yang ragu-ragu apakah dirinya sudah wudlu atau belum? āSupaya ragu-ragunya hilang menggunakan standar yakin di situ kembali kepada asal usulnya. Asalnya pasti belum. Kalau pertanyaan, maaf, saya tadi kentut apa enggak ya? Pasti tidak, karena asalnya belum,ā Kiai Luqman Hakim menyontohkan.
Ā
Para sufi, kata Kiai Luqman Hakim, memberikan satu urutan orang meyakini mempercaya dengan mengkofirmasi yakin ini, posisinya maqam awal dari ainul yakin ini adalah makrifat. Seorang sufi akan mengenal betul, baru kemudian membenarkan. āTumbuh dari makrifat isinya pembenaran terus kepada Allah, hidupnya semakin plong, hidupnya untuk Allah,ā jelasnya.
Ā
Kemudian seseorang membuat kesaksian dirinya yang tak bisa diganggu gugat, lalu muncullah taat. āMulai dari makrifat yakin iklhas, syahadat, taat itu adalah elemen yang terkandung di dalam iman,ā imbuhnya.
Pewarta: Kendi Setiawan
Editor: MusthofaĀ Asrori
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Meyongsong HUT RI dengan Syukur dan Karya Nyata
2
Khutbah Jumat: Menjadikan Aktivitas Bekerja sebagai Ibadah kepada Allah
3
Khutbah Jumat: Menjaga Kerukunan dan Kerja Sama Demi Kemajuan Bangsa
4
Khutbah Jumat: Dalam Sunyi dan Sepi, Allah Tetap Bersama Kita
5
Aliansi Masyarakat Pati Bersatu Tetap Gelar Aksi, Tuntut Mundur Bupati Sudewo
6
Redaktur NU Online Sampaikan Peran Strategis Media Bangun Citra Positif Lembaga Filantropi
Terkini
Lihat Semua