KH Mustofa Aqil Siroj Jelaskan Rahasia Sukses Dakwah Nabi Muhammad
NU Online · Kamis, 4 November 2021 | 03:00 WIB
Muhamad Abror
Kontributor
Karawang, NU Online
Pengasuh Pondok Pesantren KH Aqil Siroj (KHAS) Kempek, Cirebon, Jawa Barat KH Muhammad Mustofa Aqil Siroj menjelaskan bahwa Nabi Muhammad saw merupakan pemimpin tersukses sepanjang sejarah. Buktinya hanya dengan waktu 23 tahun, Nabi Muhammad sudah bisa menyebarkan Islam ke penjuru dunia.
Menurut Kiai Mustofa, ada dua hal yang membuat misi dakwah Nabi mencapai kesuksesan yang sangat gemilang itu, yaitu memiliki keseimbangan hubungan antara Allah (vertikal) dan sesama makhluk-Nya (horizontal).
"Sejak Nabi lahir, posisinya adalah kepala menengadah ke langit dan kedua tangan menempel ke tanah. Ini merupakan simbol hubungan vertikal dan horizontal,” terang Kiai Mustofa dalam acara Maulid Nabi di Karawang, pada Senin (1/11/2021).
Dalam praktik ibadah vertikal, Kiai Mustofa mencontohkan seperti shalat, puasa, haji, dan lain sebagainya. Sementara ibadah horizotal seperti zakat, menyembelih hewan kurban, dan lain sebagainya.
Menuurut Rais Syiriyah PBNU itu, Nabi menjaga betul keseimbangan hubungan tersebut sehingga dakwahnya sukses. Oleh karenanya, orang yang hanya mengurusi persoalan akhirat saja tanpa mempedulikan dunia, atau mengurusi dunia saja tanpa mempedulikan akhirat, tidak akan sukses.
"Kalau orang megurusi keduanya, pasti akan sukses," tegas Ketua Majelis Dzikir Hubbul Wathan (MDHW) itu.
Selain menjaga keseimbangan dua hubungan di atas, lanjut Kiai Mustofa, dalam perjalanan dakwahnya, Nabi Muhammad menggunakan prinsip rububiyyah, yaitu mengayomi seluruh makhluk tanpa memandang status apapun. Bahkan hewan juga diperlakukan sama, sama-sama mendapat pengayoman.
"Makanya tiga surat pertama yang turun itu tidak ada kata ‘Allah’, tapi memakai kata ‘Rabb’ (asal kata rububiyyah), yaitu surat Al-‘Alaq, Al-Muddatsir, dan Al-Muzzammil,” imbuh Kiai Mustofa.
Menurut kiai kehiran Cirebon, Jawa Barat itu, prinsip dakwah rububiyyah Nabi juga dikonfirmasi oleh ayat Al-Qu’an yang menjelaskan bahwa Nabi diutus sebagai rahmat bagi seluruh alam, yaitu dalam Surat Al-Anbiya ayat 107 yang artinya, “Dan tidaklah kami mengutusmu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam.”
Dalam kesempatan itu, Kiai Musthofa berpesan agar para pemimpin dan pendakwah di Indonesia selalu berpegang pada prinsip rububiyyah sebagimana diajarkan oleh Nabi. Menurutnya, Indonesia merupakan negara majemuk dan hanya bisa menerima prinsip tersebut.
“Makanya, dalam mengurusi bangsa itu jangan hanya menggunakan (cara pandang) satu agama,” pungkas Kiai Mustofa.
Kontributor: Muhamad Abror
Editor: Kendi Setiawan
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Mempertahankan Spirit Kurban dan Haji Pasca-Idul Adha
2
Ketum PBNU Buka Suara soal Polemik Tambang di Raja Ampat, Singgung Keterlibatan Gus Fahrur
3
Jamaah Haji yang Sakit Boleh Ajukan Pulang Lebih Awal ke Tanah Air
4
Rais 'Aam dan Ketua Umum PBNU Akan Lantik JATMAN masa khidmah 2025-2030
5
Khutbah Jumat: Meningkatkan Kualitas Ibadah Harian di Tengah Kesibukan
6
Khutbah Jumat: Menyatukan Hati, Membangun Kerukunan Keluarga Menuju Hidup Bahagia
Terkini
Lihat Semua