Nasional

Ketum PBNU: NU Tidak Boleh Digunakan di Luar Tujuan Didirikannya

Sel, 26 September 2023 | 14:00 WIB

Ketum PBNU: NU Tidak Boleh Digunakan di Luar Tujuan Didirikannya

Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) mengisi kegiatan Haul KH Abdul Hamid bin Abdullah Umar di Pondok Pesantren Salafiyah, Kebonsari, Panggungrejo, Kota Pasuruan, Jawa Timur, Senin (25/9/2023). (Foto: Tangkapan layar)

Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf menyebut bahwa berdirinya Nahdlatul Ulama merupakan karunia yang luar biasa. Ia menegaskan bahwa belum pernah ada dalam sepanjang sejarah peradaban manusia ulama mengorganisir diri secara independen seperti Nahdlatul Ulama. Belum pernah terjadi, organisasi ulama yang berpikir tentang peradaban.

 

“Dan pasti kemuliaannya juga luar biasa karena di situ dikumpulkan semua ulama Salihin di kalangan Ahlussunnah wal Jamaah di nusantara. Ini Maqam mulia sekali,” katanya pada Haul KH Abdul Hamid bin Abdullah Umar di Pondok Pesantren Salafiyah, Kebonsari, Panggungrejo, Kota Pasuruan, Jawa Timur, Senin (25/9/2023).

 

Saat mendirikan Nahdlatul Ulama, Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari pun tidak terburu-buru. Usulan untuk mendirikan NU, ungkap Gus Yahya sebetulnya sudah cukup lama. Namun Kiai Hasyim butuh waktu panjang untuk menimbang-nimbang dan berpikir apa nanti yang akan dilakukan dan tanggung jawabnya jika sudah berdiri jam'iyah Nahdlatul Ulama.

 

Kemudian kemantapan niat diperoleh setelah mendapat isyarat dari sang guru yakni KH Muhammad Kholil Bin Abdul Latif Bangkalan (Mbah Kholil) yang mengirimkan tongkat melalui Kyai As'ad Syamsul Arifin. Tongkat ini disertai ayat sebagai isyarat ayat yang menggambarkan perlunya didirikan jam'iyah Nahdlatul Ulama.

 

“Maka, Nahdlatul Ulama tidak boleh dipergunakan, diperalat di luar tujuan didirikannya. Itu sebabnya Nahdlatul Ulama tidak mau diajak-ajak bikin khilafah, misalnya. Tidak mau, karena bukan itu tujuan didirikannya Nahdlatul Ulama,” tegas Gus Yahya.

 

“Nahdlatul Ulama tidak bisa digunakan sebagai alat untuk merebut kekuasaan demi kepentingan eksklusif Nahdlatul Ulama sendiri. Karena bukan itu tujuan didirikannya Nahdlatul Ulama,” tegasnya kembali.

 

Nahdlatul Ulama tegasnya, merupakan perwujudan khidmah untuk seluruh bangsa, seluruh kemanusiaan, dan seluruh peradaban. Maka wajib bagi pengurus dan warga NU untuk menghormati apa yang telah ditetapkan sebagai keperluannya mendirikan jam'iyah Nahdlatul Ulama.

 

“Jangan coba-coba, menggunakan NU ini untuk hal-hal di luar keperluan didirikannya Jam'iyyah ini,” katanya pada acara yang disiarkan secara langsung di Kanal Youtube NU Pasuruan.

 

Gus Yahya mengingatkan hal ini karena saat ini sudah memasuki proses pesta demokrasi pemilihan umum tahun 2024 di mana Nahdlatul Ulama tidak boleh digunakan untuk kepentingan yang tidak sesuai dengan tujuan didirikannya.

 

Prinsip ini juga yang sudah dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw yang tidak pernah menggunakan kedudukan dan kemuliaannya sebagai Rasulullah di luar keperluan kedudukannya sebagai seorang rasul.

 

Hal ini dicontohkan saat Rasulullah tidak mau membela seorang muslim yang salah ketika berperkara dengan orang Yahudi. Karena muslimnya yang bersalah, maka Rasulullah tidak membelanya karena memang bukan untuk keperluan itu ia diutus menjadi seorang Rasul.

 

Begitu juga seseorang yang dianugerahi status wali oleh Allah, maka ia tidak akan menggunakan maqamnya sebagai seorang wali untuk keperluan dari kewaliannya tersebut. Ini banyak dikisahkan dari kehidupan para ulama NU yang menjadi kekasih Allah swt.