Nasional

Ketum IPPNU: Waspada Impor Budaya dan Ideologi Lewat MEA

NU Online  ·  Jumat, 8 Mei 2015 | 02:02 WIB

Semarang, NU Online
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015 yang semakin dekat rupanya tak sekadar arena kebebasan berekonomi, namun juga mengandung ancaman budaya dan ideologi. Hal ini disampaikan oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Farida Farichah.
<>
“Desember nanti MEA masuk di Indonesia. Hanya orang yang punya bahasa dan keterampilan yang kuatlah yang akan mampu bertahan. Jika tidak, maka bisa jadi orang hanya akan menjadi penonton saja,"  katanya dalam seminar pelajar (2/5) di aula gedung NU Jawa Tengah, Semarang.

"Bukan hanya peningkatan impor barang perdagangan saja yang ada nanti, melainkan juga impor budaya dan ideologi,” tambah Farida dalam agenda yang diadakan oleh Pimpinan Wilayah IPPNU Jawa Tengah tersebut.

Mengenai kewaspadaan terhadap serangan ideologi yang akan semakin menegangkan bersamaan dengan datangnya MEA, IPNU dan IPPNU dipandang sebagai organisasi para pemuda pelopor yang menjadi benteng strategis.

“Impor ideoologi harus kita waspadai.  Dalam hal ini, IPNU dan IPPNU merupakan garda terdepan NU untuk membentengi ideologi para generasi penerus. Jangan sampai perang ideologi akan memporak-porandakan negara kita. Fundamentalisme yang keterlaluan yang akhirnya melahirkan teroris, radikalis, sudah membuat kita kalang kabut. Apalagi dengan adanya MEA, semuanya bebas, apa saja, ke mana saja,” terang Farida.

Selain ideologi, yang perlu diwaspadai lebih adalah impor budaya. “Kedua adalah impor budaya. ini jauh berbahaya bagi kita, khususnya anak-anak remaja yang pada umumnya mereka lebih mudah menerima budaya baru. Ikut-ikutan, mengganderungi sesuatu yang sedang tenar. Ketika ini dibiarkan, maka generasi muda kita akan lebih berminat memperkenalkan produk budaya asing daripada budaya negaranya sendiri,” kata Farida.

Dua hal inilah, impor ideologi dan impor budaya yang wajib diwaspadai, terutama oleh generasi muda, terutama IPNU-IPPNU. Saat ini pun, katanya, warga Indonesia sudah mulai hilang kepedulian terhadap masyarakat di lingkungannya. Gaya hidup semacam ini tidak hanya berlaku di kota saja, tapi juga sudah sampai di desa-desa.

"Ini tantangan IPNU-IPPNU, satu-satunya organisasi pelajar yang memiliki basis sampai di tingkat desa. IPNU-IPPNU sudah selayaknya ikut serta berkontribusi dalam kontrol sosial di masyarakat. Gaya hidup yang lemah kontrol sosialnya menyebabkan semakin tak terkendalinya degradasi moral,” tutur Farida. (Istahiyyah/Mahbib)