Nasional

Ketua NU Jatim: Perhatikan Kesejahteraan Marbot Masjid

Sab, 15 Februari 2020 | 18:00 WIB

Ketua NU Jatim: Perhatikan Kesejahteraan Marbot Masjid

KH Marzuki Mustamar, Ketua PWNU Jawa Timur. (Foto: NU Online/Ibnu Nawawi)

Surabaya, NU Online

Cerita soal masjid yang akhirnya dikuasai kalangan lain sudah kerap didengar. Biaya untuk pendirian dan merawat masjid akhirnya lenyap seiring dengan bergantinya kepengurusan. Pada saat yang sama, tidak banyak yang memiliki perhatian kepada para marbot masjid dan mushala. Padahal mereka yang bertanggungjawab mengurus keperluan tempat ibadah, terutama yang berhubungan dengan kebersihan lingkungan dan syiar.

 

“Menjadi marbot masjid dan mushala itu berat,” kata KH Marzuki Mustamar, Sabtu (15/2) malam.

 

Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur tersebut tidak sependapat dengan sejumlah kalangan yang menyederhanakan tugas dan kewajiban marbot. Padahal tanggung jawab yang harus diemban demikian berat.

 

“Mereka harus menyiapkan segala keperluan sebelum masuk waktu shalat,” kata Kiai Marzuki saat mengisi Kajian Islam Ahlussunnah wal Jamaah atau Kiswah di mushala PWNU Jatim ini.

 

Belum lagi kalau di masjid atau mushala masih dilakukan kajian atau kegiatan lain. Hal tersebut tentu saja membuat para marbot harus mengemasi peralatan setelah acara rampung.

 

“Padahal para marbot juga masih harus bekerja dan beraktivitas seperti biasa,” jelas Pengasuh Pesantren Sabilurrosyad Kota Malang tersebut.

 

Ujian bagi keteguhan mereka semakin diuji manakala memasuki waktu shalat berikutnya. Yakni harus menyiapkan segala keperluan untuk shalat jamaah sebelum tetangga sekitar datang.

 

“Kalau kemudian kesejahteraan mereka tidak terjamin, bagaimana para marbot dapat menjaga masjid dan mushala dengan baik?” kata Kiai Marzuki, balik bertanya.

 

Oleh sebab itu, dosen di Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang tersebut menyarankan agar takmir masjid maupun Nahdlatul Ulama setempat memikirkan hal ini.

 

“Kita memiliki Koin NU yang selama ini digunakan untuk membantu guru ngaji, fakir miskin, layanan kesehatan, dhuafa dan sejenisnya. Ada baiknya juga dipikirkan untuk memberikan tambahan kesejahteraan kepada marbot,” usulnya.

 

Bila mereka bisa mendapatkan income yang memadai, maka cerita soal masjid dan mushala yang dikuasai kalangan lain tidak akan pernah terjadi. Bahkan karena keteguhan dan merasa memiliki, tidak sedikit yang menjaga jamaah masjid kendati tidak mempunyai pemasukan yang cukup.

 

“Mereka demikian tulus dan tidak rela masjid maupun mushala dikuasai kalangan lain. Karenanya, tidak berani ke luar kota untuk keperluan apapun demi memastikan masjid di kampungnya terjaga dengan baik,” pungkas Kiai Marzuki.

 

Pewarta: Ibnu Nawawi

Editor: Aryudi AR