Temanggung, NU Online
Kenyataan yang terjadi di Panti Tuna Netra dan Tuna Rungu Wicara (PTNTRW) Penganthi Temanggung cukup membuat siapapun merinding. Ditengah keterbatasan indera penglihatan, para penghuni panti ini aktif tadarus Al Qur’an setiap harinya. Bermodal rabaan jari tangan menelusuri titik-titik huruf Braille, ayat-ayat Al Qur’an dilantunkan dengan lancar dan sambung-menyambung antar penghuni.<>
Setelah menjalankan shalat ashar di masjid dalam panti, satu persatu mulai mengambil kitab suci Al Qur’an dari rak yang disediakan. Seolah tatapan mereka melihat, langkah kaki mereka sama sekali tidak terganggu menuju rak tersebut untuk kemudian mengambil posisi duduk berbaris lurus dengan para rekannya.
Satu persatu, mulai membaca melanjutkan bacaannya masing-masing yang ditandai dengan pembatas halaman.
“Tidak keliru mengambil, kami paham Al Qur’an mana yang biasa kami gunakan, meskipun kami tidak melihat, tapi kami bisa membedakan,” kata Novianto, 20, salah seorang penghuni panti.
Selangkah jari tangannya melangkah, selangkah lantunan ayat Al Qur’an pula meluncur mulus dari mulutnya. Hingga batas akhir barisan, jari tangannya melangkah turun untuk mengambil barisan dibawahnya dari awal untuk melanjutkan bacaannya.
“Yang paling penting sebenarnya jari kita harus lebih sensitive. Semakin jari kita sensitive, maka semakin mudah membedakan bunyi dari huruf, tetapi kalau kurang sensitif susah membedakan,” kata pria asal Purwokerto ini.
Untuk sampai mampu membaca dengan lancar, bukan persoalan mudah dan dapat ditempuh dengan cepat olehnya. Ia harus menghabiskan waktu berbulan-bulan, bahkan menyentuh angka tahun untuk dapat membedakan satu huruf dengan huruf lainnya.
“Ada yang satu tahun, ada yang lebih, ada pula yang hanya beberapa bulan. Tergantung orangnya juga, ada juga yang sampai bertahun-tahun tetapi belum lancar,” tuturnya.
Ia sendiri harus merelakan untuk menunda waktu bermain dan istirahatnya hanya untuk mampu dengan lancar membaca Al Qur’an dengan huruf Braille ini pada awalnya. Akibatnya, ia termasuk dari sedikit penghuni yang memiliki kemampuan membaca Al Qur’an dengan lancar tanpa kendala.
“Yang sudah bisa ada, yang masih belajar juga banyak. Saling berbagi dan memberikan pengertian. Saya juga masih belajar, karena tajwid saya belum lancar benar,” tambahnya.
Salah seorang pengajar di PTNTRW Penganthi, Bambang mengatakan, dalam menyambut bulan suci Ramadhan pihaknya menyelenggarakan sejumlah kegiatan yang dikemas dalam pesantren Ramadhan. Setelah berbuka puasa dan menjalankan shalat tarawih, kegiatan membaca Al Qur’an kembali dilanjutkan hingga malam.
“Aktivitas ini rutin setiap harinya. Tidak semua penghuni disini tadarus, hanya beberapa saja yang sudah benar-benar lancar. Yang lainnya hanya membaca surat-surat pendek yang mereka hafal,” tambahnya.
Dari 100 orang penghuni di panti yang berlokasi di Jalan Suyoto No. 70 ini, 99 persen penghuninya beragama Islam, sehingga suasana Ramadhan dip anti ini benar-benar meriah diselenggarakan. Selain kegiatan tadarus, kegiatan rohani yang lainnya juga berjalan lancar. “Aktivitas disini meriah, kebanyakan berbau keagamaan,” tambahnya.
Pada pagi hingga siang hari, lanjutnya, para siswa sebagian juga disibukkan untuk melayani praktik pijat di Panti Pijat Tuna Netra Penganthi yang disediakan khusus sebagai ‘bengkel’ ketrampilan para siswa. Sementara sebagian praktik pijat, sebagian lainnya berlatih ketrampilan lain seperti bermain musik dan membaca buku.
Redaktur : Mukafi Niam
Kontributor: Abaz Zahrotien
Terpopuler
1
Saat Jamaah Haji Mengambil Inisiatif Berjalan Kaki dari Muzdalifah ke Mina
2
Perempuan Hamil di Luar Nikah menurut Empat Mazhab
3
Pandu Ma’arif NU Agendakan Kemah Internasional di Malang, Usung Tema Kemanusiaan dan Perdamaian
4
360 Kurban, 360 Berhala: Riwayat Gelap di Balik Idul Adha
5
Saat Katib Aam PBNU Pimpin Khotbah Wukuf di Arafah
6
Belasan Tahun Jadi Petugas Pemotongan Hewan Kurban, Riyadi Bagikan Tips Hadapi Sapi Galak
Terkini
Lihat Semua