Jakarta, NU Online
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj menerima kunjungan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Republik Indonesia Komjen Pol Tito Karnavian di Lantai 3 Gedung PBNU, Selasa (5/4). Kedatangan Tito ke PBNU untuk bersilaturrahim dengan organisasi Islam terbesar di Indonesia tersebut.
“Saya silaturrahim (dengan PBNU) sebagai kepala BNPT yang baru dilantik dua minggu yang lalu. Biar kenal dengan beliau (Kang Said),” jelas Tito saat diwawancarai NU Online.
Selain silaturrahim, ia juga menjelaskan bahwa maksud dan tujuan menemui Kang Said adalah untuk menjalin kerja sama dalam menanggulangi terorisme dan radikalisme. Ia menilai bahwa salah satu faktor terorisme dan radikalisme bisa tumbuh dengan subur di Indonesia adalah penyebaran ideologi tersebut lewat dunia maya.
“(Terorisme dan radikalisme) yang memalui internet itu lebih kenceng. Begitu ditutup Kemkominfo (situs-situs radikal tersebut), ramai lagi orang Islam,” tutur mantan Kapolda Metro Jaya ini.
“Kita juga membuat kerja sama (dengan PBNU) diantaranya adalah bulan Mei nanti ada seminar internasional mengenai Islam moderat (Isomil). Kami nanti akan bekerja sama, tapi masih banyak yang lainnya (bentuk kerja samanya) nanti,” lanjutnya.
Menanggapi hal tersebut, Kang said mengaku senang dan berterima kasih atas kunjungan dari BNPT tersebut. “Terimaksih (atas kunjungannya). Semoga bisa sama-sama mencegah terorisme dan radikalisme,” kata Kang Said.
Ia menyatakan akan membantu dan membela BNPT dalam mencegah dan menanggulangi gerakan-gerakan radikalisme dan terorisme, karena hal tersebut membahayakan kesatuan dan keutuhan negara Republik Indonesia.
“Kita belain pak. Pokoknya (untuk menanggulangi) yang radikal-radikal, kita belain,” tegas Kiai asal Cirebon tersebut.
Tito Karnavian resmi dilatik oleh presiden Joko Widodo di Istana Negara pada Rabu, 16 Maret bulan lalu. Pengangkatan Tito menjadi kepala BNPT berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) nomor 34/TPA2016 tentang pemberhentian dan Pengangkatan dari dan dalam Jabatan Pimpinan Tinggi Utama di lingkungan BNPT. (Muchlishon Rochmat/Fathoni)