Jakarta, NU Online
Sekretaris Jenderal PBNU H Helmy Faishal Zaini mengatakan beberapa kali ia ditanya pengurus NU tentang tempat Musyawarah Alim (Munas) Alim Ulama dan Konferensi Besar (Konbes) NU 2019 di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar, Citangkolo, 27 Februari sampai 1 Maret. Pesantren tersebut, berada di Kota Banjar, Jawa Barat.
“Saya berkali-kali ditanya, kalau menyebut Banjar selalu ditanya, ‘Banjar mana’?” ini (Munas dan Konbes) di Banjar Patroman,” katanya, pada Konferensi Pers Munas Alim Ulama dan Konbes NU di Gedung PBNU, Kamis (22/2) malam.
Menurut Wikipedia, Kota Banjar adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota Banjar berada di perbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah, yakni dengan Kabupaten Cilacap. Banjar merupakan menjadi pintu gerbang utama jalur lintas selatan Jawa Barat.
Luas Wilayah Kota Banjar sebesar 13.197,23 Ha, terletak di antara 07°19' - 07°26' Lintang Selatan dan 108°26' - 108°40' Bujur Timur. Berdasarkan undang-undang nomor 27 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kota Banjar di Provinsi Jawa Barat kurang lebih 113,49 Km2 atau 11.349 Ha.
Masih menurut Wikipedia, nama kota tersebut, untuk membedakannya dengan Banjarnegara yang berada di Jawa Tengah, kota ini sering disebut juga Banjar Patroman (dari nama asal "Banjar Pataruman"). Nama Pataruman sendiri adalah salah satu kecamatan di kota tersebut.
Dan menurut Sekjen PBNU Helmy Faishal Zaini, ketika disebutkan nama kota Banjar, ada pula orang yang menduga Banjarmasin.
Dalam penelusuran NU Online, sepertinya nama patroman bukan nama resmi kota tersebut karena di website https://banjarkota.go.id/ tidak ditemukan patroman mengikuti nama kota tersebut. Yang ada, selalu Kota Banjar.
Masa lalu, kota tersebut, menurut Wikipedia yang bersumber dari Zaenuddin HM, Asal usul kota-kota di Indonesia Tempo Doeloe:
Pada 612 Masehi, putra Prabu Kandiawan dari Kerajaan Kendan mendirikan negara Galuh. Pusat kota ditetapkan di daerah Karangkamulyan, dibentengi oleh Sungai Cimuntur dan Sungai Citanduy. Wilayah ini dilalui sungai Citanduy dan dijadikan bandar yang memiliki banyak pohon tarum. Kemudian, wilayah ini terkenal dengan nama Bandar Tarum, dan berkembang menjadi Banjar Tarum, dan akhirnya menjadi Banjar Patroman.
(Abdullah Alawi)