Pasangan Fenomenal, Juara Kaligrafi Internasional
NU Online · Selasa, 22 Juli 2025 | 20:30 WIB

Pasangan suami istri, pemenang kompetisi kaligrafi internasional, memamerkan hasil karyanya. (Foto: dok. pribadi)
Muhammad Syakir NF
Penulis
Jakarta, NU Online
Sepasang suami istri berhasil menjadi juara bersama dalam ajang Kompetisi Kaligrafi Internasional Ke-13 yang digelar Pusat Penelitian Sejarah, Seni, dan Budaya Islam (IRCICA) yang berkedudukan di Istanbul, Turki.
Pasangan itu adalah Huda Purnawadi dan Mumsika, sosok yang berhasil mencuri perhatian dunia. Keduanya memenangkan kompetisi yang sama dalam kategori berbeda. Huda menjadi juara harapan dalam kategori tsuluts jali, sedangkan Mumsika terpilih sebagai juara harapan dalam kategori kufi.
Kejuaraan internasional ini bukan hal baru bagi Huda. Pada dua kompetisi sebelumnya, ia pernah turut serta dan berhasil menjadi salah satu peserta terbaik juga. Bahkan sepanjang 10 tahun terakhir, lebih dari 30 penghargaan internasional berhasil diraihnya, dari Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Irak, Turki, Qatar, Uni Emirat Arab, hingga Jerman.
Prestasinya yang mentereng dalam bidang kaligrafi itu pada mulanya terinspirasi saat duduk di bangku kelas 4 madrasah diniyah yang ia ikuti saban siang hingga petang. Ia masih ingat betul manakala guru nahwu sharaf menulis kalimat-kalimat dengan aksara Arab di papan tulis yang begitu ia nikmati. Tulisannya membuat Huda kecil takjub.
Dari mata, turun ke hati. Barangkali ungkapan demikian tepat menggambarkan mulanya menggemari seni tulis-menulis kaligrafi Arab. Sebab dari sanalah, ia menumbuhkan tekad untuk dapat mampu menulis Arab dengan indah.
“Di situ tumbuh rasa pengen bisa khat. Karena tulisannya bagus pakai naskhi (jenis kaligrafi),” katanya kepada NU Online di Jakarta, Senin (21/7/2025).
Mulailah ia berlatih. Beranjak ke tsanawiyah, ia semakin mengasah keterampilannya itu. Saat duduk di bangku aliyah di Kudus, ia kian giat mengaji kaligrafi secara khusus kepada Almarhum Ustadz Nur Aufa Shiddiq. Ia juga mengabdi kepada gurunya itu sampai wafatnya pada 2011.

Setelah itu, pria kelahiran Pati 34 tahun yang lalu itu kembali ke kampungnya. Ia pun terus berlatih secara mandiri, menekuni satu per satu jenis khat yang telah ia pelajari dengan gurunya. Dan mulai berkompetisi di tingkat internasional pada 2013.
Sempat tak berhasil menjuarai pada kompetisi pertama, ia dengan serius mengevaluasi karyanya. Tak pelak, kompetisi di tahun berikutnya yang kemudian diumumkan pada tahun 2015 ia berhasil meraih juara di tingkat internasional. Ia pun terus merambah ke berbagai macam ajang perlombaan dan lintas kategori.
Meskipun demikian, keikutsertaan Huda tidak menargetkan juara. Baginya, juara hanyalah bonus tambahan di luar ekspektasinya. Hal paling utama yang diharapkannya adalah karyanya dapat menjadi inspirasi dan dipelajari oleh kaligrafer-kaligrafer lain.
“Saya pengen suatu saat karya saya bisa jadi bahan belajar rujukan belajar. Dengan angan-angan itu Allah mengangkatnya juara lebih. Jadi dijuarakan. Akhirnya dikenal. Beberapa pesantren di Indonesia banyak memakai tulisan saya untuk belajar,” ujarnya.
Keikutsertaanya dalam kategori tsuluts jali pada kompetisi IRCICA 2025 ini merupakan pilihan favoritnya. Jenis khat itu baginya merupakan yang tersulit dari lainnya. Ibarat raja, jika sudah ditaklukkan, lainnya menjadi mudah.
“Khat paling sulit tsuluts jali. Kalau saya bisa pegang rajanya, bisa pegang murid-muridnya, prajuritnya. Ketika saya mempelajari khat lainnya lebih mudah dan lebih cepat,” katanya.

Sebagai seorang suami, ia memberikan ruang waktu untuk istrinya tetap berkarya. Ia juga mendorong kekasih hatinya itu ikut serta dalam berbagai ajang kompetisi internasional sebagaimana telah digelutinya sejak 10 tahun lalu.
Dengan dukungan penuh sang suami, Mumsika pun berhasil menjadi terbaik di dua ajang internasional, salah satunya di IRCICA dalam kategori kufi. Bukan tanpa alasan ia memilih khat tersebut pada ajang tiga tahunan itu. Jenis khat ini lebih sederhana dari lainnya sehingga tetap memberikan keleluasaan untuk juga membimbing putra-putrinya yang masih kecil.
“Membagi waktu untuk harakat titik dan detailnya itu kelamaan. Kalau yang lain kan rumit. Harus dibagi. Ngurusin rumah segala macam,” ujar perempuan asal Sumatra Selatan itu.
Kegemarannya pada kaligrafi sudah sedari kecil. Setamat mengaji dan belajar di pesantren Sumatra Selatan, ia pun secara khusus belajar kaligrafi di Lembaga Kaligrafi Al-Qur’an (Lemka), Sukabumi, Jawa Barat.
Sempat studi di Sudan, ia juga pernah kembali ke Lemka lagi untuk memperdalam keterampilannya pada bidang yang ia amat sukai itu. Namun, ia kembali melepas penanya karena fokus memberikan pengasuhan kepada anaknya sebelum kemudian dapat kembali berkiprah di kesenian tersebut.
Membangun pesantren kaligrafi
Saat ini, pasangan suami istri itu tengah merintis pesantren kaligrafi di Pati, Jawa Tengah dengan nama Hamdullah Al Amasy Art Center. Saat ini, ada sekitar 30 santri yang secara khusus belajar kaligrafi kepada mereka.
“Ada 30 dari seluruh Indonesia. Insyaallah Agustus ada dari Malaysia,” kata Huda.
Putranya pun mulai secara tidak formal belajar bersama santri-santrinya. Anaknya itu meminta pena dan meniru santri menggoreskan penanya pada kertas. Keduanya tak memaksa anak-anaknya untuk meneruskan jejak mereka.
Huda juga menyampaikan bahwa penghargaan yang diberikan secara langsung oleh Direktur Jenderal OCI IRCICA Prof Mahmud Erol Kilic kepada para pemenang dari Indonesia merupakan hal baru, terlebih dilaksanakan di Kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Ia berharap PBNU dapat menjadi wadah bagi khattat Indonesia.
“Ini bisa memperkuat syiar Sunni,” katanya.
Daftar juara Huda
2015 Bayt Al-Qur’an Indonesia Jaly Thuluth (Juara 1)
2016 Assafer Iraq Jaly Thuluth (Juara 1)
2016 Konya Turkey Thuluth & Jaly Thuluth (Juara 3)
2017 7tepe7sanat Turkey Jaly Thuluth (Juara 1)
2017 Sabah Malaysia Jaly Thuluth (Juara 2)
2018 Assafer Iraq Jaly Diwani (Juara 1)
2018 Konya Turkey Thuluth & Jaly Thuluth (Juara 1)
2018 Albaraka Turkey Jaly Thuluth (Juara 1)
2018 Sabah Malaysia Jaly Thuluth & Naskh (Juara 1)
2019 Berlin Germany Jaly Thuluth (Juara 1)
2019 Assafer Iraq Diwani (Juara Harapan)
2019 Nasyrul Qur’an Malaysia Thuluth & Naskh (Juara 2)
2019 Sabah Malaysia Thuluth & Jaly Thuluth (Juara 1)
2020 Assafer Iraq Jaly Diwani (Juara Harapan)
2021 Fujairah Uni Emirat Arab Jaly Thuluth (Juara Harapan)
2021 Konya Turkey Thuluth & Jaly Thuluth (Juara Harapan)
2021 Sabah Malaysia Jaly Diwani (Juara 3)
2022 Brunei Darussalam Jaly Thuluth & Naskh (Juara 1)
2022 Sabah Malaysia Jaly Thuluth (Juara Harapan)
2022 Konya Turkey Thuluth & Jaly Thuluth (Juara 1)
2022 Fujairah Uni Emirat Arab Jaly Thuluth (Juara Harapan)
2022 Ircica Turkey Jaly Thuluth (Juara Harapan)
2023 Fujairah Uni Emirat Arab Jaly Diwani (Juara 2)
2023 Fujairah Uni Emirat Arab Jaly Thuluth (Juara Harapan)
2023 Sabah Malaysia Jaly Diwani & Diwani (Juara Harapan)
2024 Sabah Malaysia Jaly Diwani (Juara 1)
2024 Khat Spontan Malaysia Thuluth (Juara 1)
2024 Waritsul Anbiya Iraq Jaly Diwani (Juara 1)
2024 Waritsul Anbiya Iraq Jaly Thuluth (Juara 1)
2024 Ircica Brunei Darussalam Thuluth (Juara 3)
2024 Konya Turkey Jaly Thuluth (Juara 1)
2025 Al-Raqim Qatar Thuluth & Jaly Thuluth (Juara Harapan)
2025 Al-Raqim Qatar Jaly Diwani (Juara Harapan)
2025 Albaraka Turkey Jaly Diwani (Juara Harapan)
2025 Ircica Turkey Jaly Thuluth (Juara Harapan)
Terpopuler
1
LBH Ansor Terima Laporan PMI Terlantar Korban TPPO di Kamboja, Butuh Perlindungan dari Negara
2
Dukung Program Ketahanan Pangan, PWNU-HKTI Jabar Perkenalkan Teknologi Padi Empat Kali Panen
3
Menbud Fadli Zon Klaim Penulisan Ulang Sejarah Nasional Sedang Uji Publik
4
Guru Didenda Rp25 Juta, Ketum PBNU Soroti Minimnya Apresiasi dari Wali Murid
5
Kurangi Ketergantungan Gadget, Menteri PPPA Ajak Anak Hidupkan Permainan Tradisional
6
Gus Yahya Sampaikan Selamat kepada Juara Kaligrafi Internasional Asal Indonesia
Terkini
Lihat Semua