Nasional

Ken Zuraida: Tradisi Pesantren Harus dikenalkan Ke Masyarakat Luas

NU Online  ·  Kamis, 30 Januari 2014 | 13:30 WIB

Cirebon, NU Online
Pesantren adalah gudang pengetahuan dan seni. Banyak sekali kreasi seni dan sastra yang dipelajari di pesantren baik dari sastra Arab maupun lokal, termasuk Kitab Barzanji. Maka, pengetahuan yang penting ini sudah saatnya harus dikenalkan kepada masyarakat secara lebih luas.
<>
Demikian disampaikan Ken Zuraida, sutradara kenamaan teater Indonesia usai pementasan teater Kalung Permata Barzanji di Pesantren Kebon Jambu, Babakan Ciwaringin, Cirebon, Rabu (29/1) malam.

“Dulu, masyarakat luas melalui pesantren mengenal akrab Kitab Barzanji, tapi akibat kehidupan yang semakin kompleks, tradisi membaca kitab ini semakin jarang bahkan punah, hanya sesekali dibacakan saat peringatan-peringatan tertentu saja,” ungkap istri almarhum WS Rendra kepada NU Online.

Menurutnya, punahnya tradisi pembacaan Barzanji di tengah masyarakat harus dihentikan dengan mengenalkan kembali tradisi pesantren ini kepada khalayak yang lebih luas. Salah satunya adalah dengan mengemasnya menjadi sebuah pentas teater.

“Shalawat, melalalui lantunan Barzanji itu bisa mencerahkan langit, juga bumi. Maka, tradisi ini penting untuk dipertahankan dan dikenalkan kepada masyarakat luas. Jika mengenalkan melalui Barzanji secara utuh, tentu akan berat, maka akan mudah dicerna jika disajikan dalam bentuk teater,” katanya.

Kalung Permata Barzanji merupakan bentuk teatrikal dari naskah Kitab Barzanji yang dikarang  oleh Syekh Ja'far al-Barzanji bin Hasan bin Abdul Karim yang wafat pada tahun 1766. Pementasan teater ini diperankan oleh puluhan santri dari 9 Pesantren di Babakan Ciwaringin Cirebon, yakni Pesantren Ghusyaqul Quran, Assalafie, Assalafiyat, Kebon Jambu, Al-Kamaliyyah, Miftahul Muta’allimin, Mu’allimin, MQHS dan Asholihat.

Selain dipentaskan di lingkungan Pesantren Babakan Cirebon sendiri,  teater ini juga akan dipentaskan di Tegal pada tanggal 1 Februari 2014 dan di Taman Ismail Marzuki (TIM) pada tanggal 7 dan 8 Februari 2014.  (Sobih Adnan/Abdullah Alawi)