Nasional

Kemenag: Keharmonisan di Indonesia Jadi Perhatian Dunia

Kam, 18 Juli 2019 | 07:15 WIB

Batam, NU Online
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama menyatakan bahwa sikap moderat umat Islam di Indonesia tengah mendapat perhatian banyak negara, khususnya oleh negara-negara di Timur Tengah. 

"Indonesia sebagai panutan negara berpenduduk mayoritas Muslim bahkan terbesar di dunia, namun mampu menjalin kehidupan harmonis dalam masyarakat yang pluralistik dengan keragaman suku, agama, ras, dan golongan," kata Dirjen Bimas Islam Kemenag H Muhammadiyah Amin yang diwakili oleh Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah (Urais dan Binsyar) Kemenag RI H Muhammad Agus Salim pada pembukaan dialog keagamaan dan kebangsaan di Hotel Nagoya Plasa Batam, Kepulauan Riau, Rabu (17/7) malam.

Ia menyebut Afghanistan sebagai contoh. Ia mengatakan bahwa Presiden Afghanistan Ashraf Ghani mengagumi masyarakat Indonesia yang bisa hidup dengan harmonis, sehingga membuatnya banyak belajar dari Indonesia dalam menjaga keutuhan bangsa dan negaranya.

Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam suku, agama, ras, dan golongan yang melebur dan berbaur menjadi satu ikatan kebersamaan yang populer dengan terminologi Bhineka Tunggal Ika.

Kemajemukan yang dimiliki bangsa Indonesia dengan berbagai kelebihan dan kekurangan, sambungnya, seyogianya dapat menjadi salah satu media perekat keagamaan kebersamaan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.

"Kehidupan keagamaan dan kebangsaan yang terdapat di tengah masyarakat selayaknya menjadi titik tolok ukur dalam merajut keragaman dengan mengedepankan prinsip dan sebisa mungkin menghindari pertentangan sosial yang dapat mendorong berkembangnya perilaku hoaks dan fitnah yang banyak menghiasi media sosial saat ini," kata H M Agus Salim.

Menurutnya, perkembangan teknologi informasi yang semakin modern tidak hanya berdampak positif, yaitu  memudahkan akses informasi, namun pada sisi lain juga berdampak negatif bagi kehidupan sosial, yaitu kemunculan haoks, ujaran kebencian, provokasi, dan fitnah yang pada gilirannya melahirkan sikap intoleran dan permusuhan.

"Kementerian Agama sepatutnya bisa menjadi garda terdepan dalam menyebarkan Islam wasathiyah, khususnya dalam menangkal hoaks dan fitnah yang kian mewabah dan digitalisasi arus informasi yang semakin canggih," jelasnya.

Ia menjelaskan, kehidupan beragama yang sudah dibuat oleh para pendahulu bangsa dengan baik menjadi anyaman kebangsaan Indonesia merupakan anugerah Allah subhanahu wa ta'ala yang terindah. Anyaman kebangsaan yang bisa menjaga kerukunan yang selama ini terjalin dalam suasana kebinekaan telah mengantarkan Indonesia sebagai bangsa besar dan dihormati oleh bangsa lain di seluruh dunia. 

Apalagi, sambungnya, kemajuan bangsa Indonesia juga disertai dengan anugrah sumber daya alam yang melimpah menjadi Indonesia ibarat magnet yang terus dicari oleh kolonialisme.

Ia berharap, dialog yang berlangsung selama tiga hari ini menghasilkan gagasan-gagasan yang menyegarkan untuk kehidupan beragama dan berbangsa yang lebih baik.

"Semoga melalui dialog ini kiranya dapat menghasilkan ide-ide konstruktif dan inovatif untuk merumuskan kebijakan khususnya berkenaan dengan Islam atau moderasi beragama sebagai wujud negara hadir dalam kehidupan beragama dan berbangsa," harapnya. (Husni Sahal/Alhafiz K)