Nasional

Kelestarian Lingkungan Harus Menjadi Perhatian Bersama

Kam, 22 April 2021 | 12:00 WIB

Kelestarian Lingkungan Harus Menjadi Perhatian Bersama

Salah satu isu kemanusiaan itu adalah lingkungan yang saat ini belum menjadi bagian penting dan vokal dalam agama.

Jakarta, NU Online
Ramadhan seharusnya kembali menjadi renungan bersama khususnya berkaitan dengan isu lingkungan, sebab isu lingkungan bukan hanya masalah dalam agama Islam saja tetapi menjadi masalah bagi semua agama yang ada. Oleh karena itu penting para pemuka agama menyampaikan isu tersebut. 
 
Hal ini disampaikan Prof Musda Mulia dalam diskusi Salam Ramadhan Muslimah Reformis di akun facebook Muslimah Reformis, Rabu (21/4).
 
Dalam diskusi tersebut, Prof Musdah mengatakan, masalah terbesar dalam keagamaan saat ini adalah belum menjadikan isu kemanusiaan menjadi sesuatu yang sangat penting diperhatikan dalam beragama. Salah satu isu kemanusiaan itu adalah lingkungan yang saat ini belum menjadi bagian penting dan vokal dalam agama.
 
"Padahal dalam Al-Qur'an jelas dikatakan, di antara semua makhluk yang pernah ditawari untuk menjaga bumi adalah manusia. Maka salah satu indikator ketakwaan tersebut adalah punya kesadaran terhadap lingkungan,” ujar penulis buku Muslimah Reformis itu dalam acara bertajuk Puasa untuk Kelestarian Lingkungan.
 
Selain itu, menjadikan isu lingkungan sebagai misi kemanusiaan, yaitu Amar Ma'ruf Nahi Munkar. "Amar Ma'aruf adalah upaya-upaya transformasi diri kita agar menjadi lebih sadar terhadap lingkungan, kebersihan, dan pengelolaan pakaian,” imbuhnya.
 
Sekretaris Jendral ICRP (Indonesia Conference on Relegion and Peace) itu menjelaskan, Amar Ma'ruf Nahi Munkar adalah upaya humanisasi, sehingga perlu mengajak anak-anak agar tidak sekadar membeli tetapi bisa merawat dan menjadikan sesuatu apapun tidak mubazir.
 
Ketua Lembaga Kajian Agama dan Jender (LKAJ) ini mengatakan, sebagai manusia sepatutnya sadar bahwa ia diciptakan dalam visi misi menjadi khalifah fil ard, artinya punya tanggung jawab yang besar. Khalifah artinya manajer, pengelola, atau leader. Karenanya penting manusia mengelola dirinya sendiri terlebih dahulu dengan hal-hal kecil. Misalnya, kata dia, ketika belanja dan mengelola sampah kemudian membuang sampah dengan cara yang benar terutama makanan yang tidak dihabiskan.
 
“Mulailah dengan mengelola makanan yang sesuai, mengelola sampah, dan mengelola apa yang kita pakai,” ajak Prof Musdah. 
 
Perempuan kelahiran Bone, Sulawesi Selatan itu mengimbau kepada semua yang bergerak di isu keagamaan agar menjadikan upaya pengelolaan sampah bagian dari amal saleh. Bagian dari amal saleh adalah tercermin saat tidak menambah kerusakan lingkungan.
 
Terakhir, Ia meminta agar pemerintah daerah, rumah sakit, masyarakat ada upaya serius dalam pengelolaan sampah karena melihat upaya perencanaan pembangunan di negara maju paling banyak dibicarakan adalah pengelolaan sampah. “Sebab itu, isu sampah sangatlah penting,” tandasnya.
 
Kontributor: Suci Amaliyah
Editor: Syamsul Arifin