Jakarta, NU Online
Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh, Rembang, Jawa Tengah KH Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus menceritakan, Nabi Muhammad saw. marah besar ketika mengetahui ada sahabat membunuh seseorang yang mengucapkan kalimat syahadat dalam sebuah peperangan.
Ceritanya, orang yang dibunuh tersebut adalah dari kelompok kafir yang sedang berperang melawan umat Islam. Ketika sudah tersudut, orang kafir tersebut mengucapkan kalimat syahadat. Sahabat tersebut tidak bergeming dan tetap membunuh ‘orang kafir’ tersebut meski sudah melafalkan kalimat syahadat.
“Karena pengertiannya (sahabat tersebut) ini syahadat nya, syahadat politis,” kata Gus Mus menirukan sahabat tersebut dalam sebuah video yang diunggah akun @GusMus Channel di Youtube, Senin (2/4).
Melihat kejadian itu, lanjut Gus Mus, sahabat-sahabat Nabi Muhammad yang lainnya menegur dan marah kepada sahabat yang membunuh tersebut karena bagaimanapun juga orang kafir tersebut sudah membaca kalimat syahadat sehingga darahnya haram dibunuh.
Sahabat yang membunuh tersebut bersikukuh bahwa apa yang dilakukan itu benar. Sahabat tersebut juga menganggap bahwa orang kafir tersebut hanya membaca dan menjadikan kalimat syahadat sebagai alat untuk menyelamatkan diri.
Gus Mus menambahkan, kejadian pembunuhan itu lalu dilaporkan kepada Nabi Muhammad saw. Kepada Nabi Muhammad saw., sang sahabat tersebut kekeh berpendapat bahwa orang yang dibunuhnya tersebut hanya berpura-pura mengucapkan kalimat syahadat agar tidak dibunuh.
“Rasulullah kalau marah kelihatan hanya merah mukanya,” terangnya.
“Kenapa kamu tidak bedah dadanya supaya kamu tahu bahwa di dalamnya juga apa,” cerita Gus Mus menirukan respons Nabi Muhammad saw. kepada sahabatnya itu.
Orang Islam
Penulis buku Fikih Keseharian Gus Mus ini menegaskan, siapapun yang sudah mengucapkan kalimat syahadat maka orang tersebut secara otomatis sudah menjadi seorang Muslim.
“Muslim belum shalat ada, Muslim belum haji banyak, Muslim belum zakat lebih banyak lagi,” jelasnya.
Dia mengkritik mereka yang mengafirkan Muslim lain yang tidak satu pemahaman dengan mereka. Bagi Gus Mus, mereka melakukan hal demikian berdasarkan nafsu bukan semangat beragama.
“Semangat beragama itu adalah semangat mengajak semua orang untuk berbahagia di dunia maupun di akhirat,” ungkapnya. (Muchlishon)