Nasional

Katib PBNU: Nilai Pendidikan dan Dakwah Melekat pada Tradisi Haul

Jum, 21 Agustus 2020 | 01:30 WIB

Katib PBNU: Nilai Pendidikan dan Dakwah Melekat pada Tradisi Haul

Selametan nasional dalam rangka HUT ke-75 RI dan haul empat presiden serta KH Ahmad Asrori Al-Ishaqi oleh Al-Khidmah Kabupaten Semarang, Jateng (Foto: Samsul Huda)

Semarang, NU Online

Katib Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Mujib Qulyubi mengatakan, tradisi haul atau memperingati hari wafatnya tokoh yang dikembangkan di lingkungan nahdliyin  mengandung nilai-nilai pendidikan dan proses  transfer keilmuan.

 

Saat menyampaikan taushiyah dalam acara 'selametan nasional' dan haul empat presiden RI yang sudah wafat dan Mursyid Thariqah Qadiriyah wan Naqsabandiyah Al-Utsmaniyah KH Ahmad Asrori Al-Ishaqi Kedinding Lor Surabaya Kiai Mujib menjelaskan, ada tiga jalan yang dapat ditempuh oleh umat Islam dalam menjalani proses pendidikan. 

 

"Pertama orang hidup memberikan pelajaran kepada orang yang masih hidup, seperti yang terjadi di pesantren, kiai mengajar santri di pondok," kata kiai Mujib dalam acara haul virtual yang diselenggarakan Jamaah Al-Khidmah Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Senin (17/8) malam lalu.

 

Kedua lanjutnya, orang hidup memberi pelajaran kepada orang yang sudah meninggal, sebagaimana bisa disaksikan pada saat prosesi talqin. Di sini orang yang masih hidup memberi tuntunan kepada orang yang sudah meninggal bagaimana menghadapi pertanyaan malaikat.

 

"Ketiga adalah orang yang masih hidup belajar dari orang yang sudah meninggal  dunia yang diaktualisasikan dalam acara-acara haul, mauludan, manaqiban, dan sebagainya," ucapnya.

 

Menurutnya, agenda selamatan nasional dalam memperingati hari ulang tahun (HUT) ke-75 proklamasi kemerdekaan Indonesia dengan menyelenggarakan haul almarhum Bung Karno, Pak Harto, Pak Habibie, Gus Dur, dan kiai Asrori mengantarkan keoada kita semua untuk belajar dari perilaku yang mereka perbuat selama hidupnya.

 

"Mereka yang sedang kita hauli ini adalah orang-orang hebat dan mulia yang patut diteladani, meski mereka sudah lama meninggal, namun melalui kegiatan haul segala kebaikan mereka dapat diungkap dengan harapan bisa diteladani," ujarnya.

 

Dikatakan, agenda selametan dan haul tokoh nasional yang diselenggarakan generasi sekarang ini juga dapat dijadikan keteladanan oleh generasi yang akan datang. 

 

"Sikap memuliakan terhadap generasi terdahulu yang dilakukan generasi sekarang diharapkan juga akan ditiru dan dilanjutkan oleh generasi mendatang jika pada saatnya nanti tiba," ungkapnya.

 

Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Walisongo Semarang, KH Hasanudin kepada NU Online, Kamis (20/8) mengatakan, selain mengandung nilai pendidikan agenda selametan nasional juga mengandung nilai dakwah yang tinggi dan strategis.

 

"Rangkaian acara selamatan dan haul mensyiarkan ajaran Islam di masyarakat. Dari kegiatan ini publik mengetahui bagaimana seharusnya umat Islam menghormati kepada orang tua, saudara, guru, dan pemimpin," pungkasnya.

 

Kontributor: Samsul Huda
Editor: Abdul Muiz