Nasional

Masjid Agung Semarang dan Sejarah 17 Agustus 1945 Jam 10.17  

Rab, 19 Agustus 2020 | 11:30 WIB

Masjid Agung Semarang dan Sejarah 17 Agustus 1945 Jam 10.17  

Peringatan detik-detik Proklamasi Kemerdekaan RI di Masjid Agung Kauman Semaran, Jateng (Foto: NU Online/Rifqi Hidayat)

Semarang, NU Online

Masjid Agung Semarang (MAS) yang terletak di Kauman, Semarang Tengah, Kota Semarang sejatinya tak hanya memiliki keterkaitan sejarah dengan Kota Semarang dan Kerajaan Demak saja. Namun juga memiliki sejarah dalam perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia. 

 

Minimnya dokumentasi dan publikasi menjadikan sejarah tersebut hanya sebatas ilmu tutur yang semakin sedikit diketahui orang.

 

"Alhamdulillah kita baru saja memperingati kemerdekaan dengan ditandai sirine pada jam 10 lebih 17 menit," kata Ketua Ta'mir Masjid Agung Semarang Kiai Hanif, Selasa (18/8).

 

Menurut Kiai Hanif, proklamasi kemerdekaan yang dilakukan Bung Karno di Jakarta pada Jumat 17 Agustus 1945 disampaikan ke ulama Kauman pada pukul 10 lebih 17 menit melalui seorang dokter. 

 

"Ada seorang dokter, namanya dokter Agus. Beliau datang ke masjid ini mengabarkan kepada para ulama Kauman tentang proklamasi kemerdekaan dan meminta supaya masjid ikut mengumandangkan melalui mimbar Jumat. Kemudian sebelum shalat Jumat dikumandangkanlah kemerdekaan Indonesia di masjid ini," jelasnya.

 

Rais Syuriyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Semarang ini mengaku bangga atas peran warga Kauman, khususnya kaum muslimin yang dimotori para ulama dalam perjuangan mengangkat senjata melawan kependudukan Jepang, terlebih hari-hari menjelang kemerdekaan. Banyak korban berjatuhan dari kedua belah pihak. 

 

"Saya banyak mendapatkan cerita dari orang-orang tua, terutama dari ayah saya sendiri bahwa kaum muslimin di sekitar masjid ini juga ikut berjuang," jelasnya.

 

Baca juga:

Pimpin Upacara Proklamasi, Habib Luthfi: Bangkitkan Nasionalisme

Jelang 1 Abad NU, PCNU Pekalongan Ajak Nahdliyin Bangkit Hadapi Tantangan

 

Sebuah kantor bernama KNK yang berada di sebelah utara Alun-alun MAS pada saat itu dijadikan markas tentara Jepang sehingga para tentara Jepang yang tewas saat itu langsung ditarik ke parit oleh pejuang Indonesia yang bergerilya. 

 

"Sebab kalau ketahuan teman-teman mereka, kemungkinan besar Kauman mau dibakar," terangnya.

 

Adanya fakta sejarah tersebut, Pengasuh Pesantren Raudlatul Qur'an An-Nasimiyyah ini berharap sikap dan semangat para pejuang tersebut dapat terus dilanjutkan oleh warga Kauman.  "Semangat kebangsaan, nasionalisme, dan patriotik inilah yang harus terus dijaga secara turun temurun," tuturnya.

 

Menegaskan hal senada, KH Khammad Makshum Turmudzi AH menyebut beberapa tokoh yang ikut berjuang dalam pergerakan kemerdekaan dan penumpasan PKI di Kauman.

 

"Ada beberapa pejuang dari kauman seperti KH Ahmad Abdulloh, H Adil Prayitno, H Bisri, Faqih Wahyudi, dan lai -lain," ungkapnya.

 

Pimpinan PP Raudlatul Qur'an Kauman ini pun berharap semangat juang tersebut menjadi teladan bagi generasi yang ada saat ini. 

 

"Jangan malu jadi aktivis remaja atau pemuda masjid, faktanya jelas kemerdekaan ini juga didukung oleh perjuangan orang yang aktif di masjid. Pemuda masjid harus kreatif mengisi kemerdekaan ini dengan hal-hal positif sebagai aplikasi cinta tanah air," pesannya. 

 

Kontributor: Ahmad Rifqi Hidayat
Editor: Abdul Muiz