Nasional

Kang Said: Empat Keunggulan Pesantren

NU Online  ·  Rabu, 1 Agustus 2012 | 09:28 WIB

Jakarta, NU Online
Ada empat keunggulan metode pengajaran pesantren dibanding dengan lembaga-lembaga pendidikan lain. Pesantren menerapkan ta’lim, tadris, ta’dib, dan tarbiyah.<>

Demkian dikemukakan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj pada sambutan pembukaan bedah buku Pesantren Studies karya Ahmad Baso di gedung PBNU, Jakarta, Selasa (31/7).

“Pertama, adalah ta’lim yaitu pengajaran. Harus cerdas, tekun, disiplin, dan kiainya luas ilmu. Prosesnya ada musyawarah, ada diskusi,” ujarnya.

Kedua, sambung Kiai Said, tadris, yaitu pengamalan, “Jadi betul-betul mengambil pengajaran. Bukan hanya hafalan, bukan hanya memenuhi keilmuan, tapi ilmu jadi pelajaran sehingga harus diamalkan,” tambahnya.  

Ketiga, ta’dib, yaitu pengajaran disiplin. Dan disiplin ini membutuhkan teladan, “Kiainya harus memberi contoh, gurunya beri contoh. Baru bisa disiplin. Tanpa kiai beri contoh, tidak bisa murid itu disiplin. Ini merupakan faktor penting di pesantren.”

Terakhir adalah tarbiyah. Menurut Kang Said, yang keempat ini paling gampang dikatakan, namun paling sulit dilaksanakan. 

Menurut Kiai lulusan Pesantren Lirboyo dan Krapyak ini, tarbiyah berasal dari kata dasar “rab”, artinya mencipta. Sementara guru, kiai disebut “murabbi” artinya, yang mengembangkan. 

“Allah itu rab, dan guru murabbi,” ujarnya. 

Lebih jauh dia mengatakan, murabbi itu bermakna mengembangkan, mengelola, meningkatkan apa yang telah dimulai Allah, yaitu mendidik. 

“Maka sebenarnya, tarbiyah lebih berat dari ta’lim, tadris dan ta’dib. Karena dalam hal ini tidak hanya hafalan, tapi spiritual. Ruhaniyah!” katanya lagi.

Bedah buku yang dipandu Wakil Sekretaris PBNU Enceng Shobirin Najd tersebut bertema Pesantren dan Tantangan Pendidikan Nasional. Tiga pembicara dalam bedah buku itu adalah Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama  Nur Syam, Peneliti Pendidikan Dharmaningtyas dan penulis buku Ahmad Baso.

Hadir pada kesempatan itu Ketua Umum PP Lakpesdam Yahya  Ma’sum, sejumlah pengurus NU, lajnah, lembaga, banom di lingkungan PBNU, serta mahasiswa-mahasiswi dan praktisi pendidikan. 



Redaktur : A. Khoirul Anam
Penulis    : Abdullah Alawi