Kaderisasi NU di Jombang Dinilai Memprihatinkan
NU Online · Sabtu, 7 Desember 2013 | 00:20 WIB
Jombang, NU Online
Meskipun NU terlahir di Jombang, Jawa Timur, namun ada sejumlah perkembangan yang cukup memprihatinkan bagi organisasi kebangkitan ulama ini. Di antaranya adalah menurunnya loyalitas pegiat NU, kurang sinerginya kaderisasi antar lembaga dan badan otonom serta ancaman ideologi transnasional.
<>
Pendapat ini disampaikan Ketua Pengurus Cabang Fatayat NU Jombang Emma Ummiyatul Chusnah kepada NU Online, Jumat (6/12). “Kita boleh bangga dengan masih dominannya warga dan aktivis NU sekarang,” kata Emma. Akan tetapi, lanjutnya, ada sejumlah fakta yang cukup mencengangkan terkait ketersediaan penerus aktivis NU khususnya di tingkat Ikatan Pelajar NU (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri NU (IPPNU).
“Dari kecamatan yang ada di Jombang, ada sejumlah kepengurusan di kecamatan yang IPNU dan IPPNU-nya tidak bisa didirikan,” tandas cucu KH Abdul Wahab Chasbulah ini. Padahal para pegiat NU seperti Muslimat, Fatayat dan Ansor serta badan otonom dan kelembagaan NU yang lain bisa terpenuhi dengan baik.
“Fakta ini mestinya memprihatinkan kita semua bahwa kaderisasi di lingkungan NU mulai stagnan,” terangnya. Dalam pandangan putri Wakil Bupati Jombang, Nyai Hj Mundjidah Wahab, ini keberadaan kader penerus NU adalah sebuah keniscayaan.
“Bukankah kepengurusan IPNU adalah penerus kader untuk Ansor yang akhirnya mengisi kepengurusan di tingkat NU?” katanya. “Demikian juga para aktivis IPPNU adalah penyedia kader untuk kepengurusan Fatayat, dan akhirnya Muslimat,” lanjutnya.
Bila ada kepengurusan IPNU dan IPPNU di sejumlah kecamatan yang tidak aktif apalagi kosong, ini hendaknya ditindaklanjuti dengan langkah nyata. “Kalau boleh saya mengatakan bahwa ini kondisi sangat membahayakan bagi kelangsungan NU masa mendatang,” terangnya.
Kondisi ini juga diperparah dengan kondisi NU yang tergerus dengan kehadiran ideologi transnasional. “Hadirnya sejumlah ormas keagamaan yang secara kasat mata mempersoalkan amaliyah warga yang telah mendarah mendaging tentu menambah beban NU masa mendatang,” ungkapnya.
Oleh karena itu, tidak ada pilihan lain bagi NU untuk segera bergerak memperbaiki keadaan yang kian menyudutkan ini. Ning Ema, sapaan akrabnya, mengajak para aktivis NU baik di lembaga, badan otonom, serta lajnah untuk bersinergi menutup kekurangan ini. “Kalau kita bergerak sendiri, tentu kurang efektif,” ungkapnya.
Dengan sejumlah lembaga yang dimiliki, demikian juga tersebarnya badan otonom hingga kepengurusan di tingkat kecamatan dan desa, diharapkan NU bisa mengoptimalkan kelebihan tersebut untuk mengkonsolidir diri.
“Jangan sampai kita terlena dengan kebesaran yang diraih hari ini dengan melupakan persiapan dan tantangan masa mendatang,” pungkasnya. (Syaifullah/Mahbib)
Terpopuler
1
Mulai Agustus, PBNU dan BGN Realisasikan Program MBG di Pesantren
2
Waktu Terbaik untuk Resepsi Pernikahan menurut Islam
3
Zaman Kegaduhan, Rais Aam PBNU Ingatkan Umat Islam Ikuti Ulama yang Istiqamah
4
PBNU Tata Ulang Aset Nahdlatul Ulama Mulai dari Sekolah, Rumah Sakit, hingga Saham
5
Terima Dubes Afghanistan, PBNU Siap Beri Beasiswa bagi Mahasiswa yang Ingin Studi di Indonesia
6
Eskalasi Konflik Iran-Israel, Saling Serang Titik Vital di Berbagai Wilayah
Terkini
Lihat Semua