Istighatsah Harlah Ke-101, Gus Yahya Ingatkan Perjuangan NU Sampai Hari Kiamat
NU Online · Ahad, 28 Januari 2024 | 19:00 WIB

Suasana istighatsah Harlah Ke-101 NU di Pesantren Sunan Pandanaran, Yogyakarta, Ahad (28/1/2023). (Foto: dok. PBNU)
Muhammad Syakir NF
Penulis
Yogyakarta, NU Online
Nahdlatul Ulama (NU) genap berusia 101 tahun pada Ahad (28/1/2024), berdasarkan penanggalan kalender hijriah. Harlah Ke-101 NU ini diperingati dengan istighatsah di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran, Yogyakarta.
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menyampaikan bahwa istighatsah ini merupakan penanda tonggak perjuangan NU dalam mewujudkan kemaslahatan untuk semesta.
"Kita jadikan ini sebagai penanda saja untuk hari lahir NU Ke-101 ini. Sesudah ini kita akan terus beristighatsah dengan cara apa pun yang mungkin demi maslahat NU, demi maslahat Islam, demi maslahat negara bangsa Republik Indonesia, demi maslahat kemanusiaan seluruhnya," kata Gus Yahya saat memberikan sambutan.
Gus Yahya menyampaikan bahwa 101 tahun perjuangan NU rasanya sudah lama, tetapi sebetulnya belum apa-apa. Sebab, ia mengingatkan bahwa perjuangan NU diniatkan untuk selama-lamanya.
"Karena maksud dan ghirah (semangat) dari para muassis (pendiri) Nahdlatul Ulama, para pemimpin Nahdlatul Ulama adalah perjuangan dengan Nahdlatul Ulama ini selama-lamanya ila yaumil qiyamah (sampai hari kiamat)," ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Gus Yahya menegaskan bahwa NU ini didirikan untuk niat akhirat dan dengan harapan-harapan akhirat. Karenanya, dalam memutarkan roda organisasi ini dilakukan dengan cara mengupayakan pelaksanaan dari tuntunan-tuntunan agama Allah.
"Itulah sebabnya sejak didirikan hingga sekarang tidak ada satu pun, tidak ada satu pun keputusan Nahdlatul Ulama kecuali didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan agama, pertimbangan-pertimbangan syariat, pertimbangan apa yang benar, apa yang salah, apa yang baik menurut syariat," ujarnya.
Sebagai informasi, istighatsah dalam rangka Harlah Ke-101 NU ini dipimpin oleh Katib ‘Aam PBNU KH Akhmad Said Asrori dan ditutup dengan doa oleh Rais ‘Aam PBNU KH Miftachul Akhyar.
Setelah istighatsah, dilaksanakan pemotongan tumpeng oleh KH Miftachul Akhyar. Secara berurutan, potongan tumpeng yang pertama diserahkan untuk Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf, lalu potongan kedua diserahkan kepada Katib ‘Aam PBNU KH Akhmad Said Asrori, dan potongan ketiga untuk Pengasuh Pondok Pesantren Sunan Pandanaran KH Mu'tashim Billah.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Mempertahankan Spirit Kurban dan Haji Pasca-Idul Adha
2
Ketum PBNU Buka Suara soal Polemik Tambang di Raja Ampat, Singgung Keterlibatan Gus Fahrur
3
Jamaah Haji yang Sakit Boleh Ajukan Pulang Lebih Awal ke Tanah Air
4
Rais 'Aam dan Ketua Umum PBNU Akan Lantik JATMAN masa khidmah 2025-2030
5
Khutbah Jumat: Meningkatkan Kualitas Ibadah Harian di Tengah Kesibukan
6
Khutbah Jumat: Menyatukan Hati, Membangun Kerukunan Keluarga Menuju Hidup Bahagia
Terkini
Lihat Semua