Nasional

Islam Nusantara Jawaban bagi Indonesia yang Multi Etnis

NU Online  ·  Jumat, 11 Januari 2019 | 16:30 WIB

Mojokerto, NU Online
Tidak sedikit yang masih mempersoalkan Islam Nusantara. Mereka bukan semata dari masyarakat awam, bahkan dari kalangan terpelajar sekalipun. Penolakan lebih kepada karena istilah ini berasal dari Nahdlatul Ulama (NU).

Pandangan tersebut sebagaimana disampaikan Ustadz Ahmad Muntaha AM pada kegiatan wawasan kebangsaan dan bedah buku Islam Nusantara yang diadakan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Mojokerto, Jawa Timur, Jumat (11/1).

Menurut Sekertaris Pengurus Wilayah (PW) Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama (LBM NU) Jatim ini, munculnya pemikiran Islam Nusantara langsung dijadikan sasaran oleh Ormas yang tidak sependapat dengan NU.

“Islam Nusantara merupakan Islam Aswaja yang dikembangkan ulama untuk menentang gerakan yang bertentangan dengan Aswaja,” katanya. Dan dalam perjalananya, Islam Nusantara merupakan gerakan yang tepat untuk mengenalkan Islam kepada bangsa Indonesia yang multi etnis, lanjutnya.

“Dulu para wali berdakwah, serta mampu diterima dengan baik. Maka dengan itu, contoh yang diberikan para wali yang kita terapkan,” kata alumnus Pesantren Lirboyo Kediri ini.

Menurut Ustadz Muntaha, keberadaan Islam Nusantara harus terus digelorakan. “Pemikiran Islam Nusantara ini muncul dalam Muktamar NU di Jombang, setelah itu para kiai NU merumuskan melalui bahtsul masail,” jelasnya.

Narasumber lain pada bedah buku ini adalah Anwar Rahman. Dirinya menyoroti tuduhan dan fitnah yang kerap dikemukakan berbagai kalangan bahwa Pancasila sebagai buatan Partai Komunis Indonesia atau PKI.  “Ini sengaja disebar oknum tidak bertanggungjawab sekaligus merupakan pembodohan dan bentuk pengingkaran terhadap peran kiai,” katanya.

Dalam pandangan anggota DPR RI ini, Pancasila jelas dibuat para kiai. “Karena hasil pemikiran kiai, mana ada sila-sila dalam Pancasila yang bertentangan dengan al-Qur’an dan hadits,” tegasnya.

Lebih lanjut, dirinya mengemukakan bahwa tidak hanya Pancasila, kemerdekaan bangsa Indonesia juga merupakan peran para kiai terutama dari NU. “Wawasan kebangsaan perlu ditingkatkan guna membentengi dari gerakan-gerakan radikal baik dari kiri dan kanan,” imbuhnya.

Anwar juga menegaskan warga NU merupakan benteng utama yang harus mampu menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia atau NKRI. Karenanya pembelaan harus terus dilakukan termasuk di internet, lantaran saat ini serangan untuk merongrong Pancasila gencar lewat media sosial (Medsos).

Dirinya mengapresiasi beberapa kiai dan anak muda NU yang sudah melek teknologi. Sehingga kalangan ini bisa melakukan perlawanan saat Pancasila, NKRI dan NU diserang lewat Medsos. “Beruntung sekarang generasi muda NU sudah canggih,” tandasnya. (Ibnu Nawawi)