Mataram, NU Online
Sekretaris Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur KH Akhmad Muzakki mengatakan, Islam Nusantara bukan merupakan produk baru, melainkan sebuah konsepsi atas apa yang menjadi praktik-praktik yang telah dilakukan oleh ulama-ulama nahdliyin.
"Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj mengkonsepsikan Islam Nusantara sebagai cara kita bersikap dan bertindak sebagai warga NU," ungkapnya.
Hal itu disampaikan Kiai Akhmad Muzakki pada acara kajian rutinitas guna memperkuat keilmuan anggota dan kader, Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama NTB berlangsung di Aula PWNU NTB Jalan Pendidikan No 60 Mataram, Jumat (17/5).
Sekretaris PWNU Jawa timur dua periode ini juga menganalogikan Islam Nusantara seperti KFC yang ada di Indonesia dan KFC yang ada di Thailand, yang mana di luar sana tidak ada paket nasi seperti yang ada di Indonesia.
"Artinya Islam Nusantara ini merupakan berbasis kearifan lokal dan kondisi daerah itu sendiri, tetapi tidak menghilangkan Islam yang sebenarnya," tegasnya.
Islam Nusantara Annahldiyah ala NU juga di sampaikannya sama dengan Islam seperti Haji ke Mekkah, Shalat juga sama, akan tetapi tahlilan, dan tradisi lainnya juga hanya ada di Indonesia dan itulah Islam Nusantara.
Guru besar UIN Sunan Ampel Surabaya ini juga menjelaskan betapa pentingnya paham teknologi di era ini, namun di tengah keterbukaan publik dan informasi media sosial menjadi tantangan NU yang nyata.
"Banyaknya media hoaks dan kelemahan militansi kader NU lantaran salah menerima informasi media sosial juga menjadi catatan di real ini," terangnya.
Kiai Akhmad mendorong kader NU tidak boleh gagap dengan teknologi informasi, dan tidak boleh kalah cepat untuk penyebaran informasi yang positif. "Gunakan medsos untuk menangkal peredaran hoaks terhadap NU dan kiai-kiai NU dan mengikatkan militansi kader," tutupnya.
Dalam kajian, sejumlah ulama dan Guru Besar NU di NTB juga ikut hadir pada kajian ini seperti Mustasyar PWNU NTB TGH Munajid Khalid, Mustasyar PWNU NTB H Mansur Ma'sum, Katib PWNU NTB TGH Adi Fadli, Ketua PWNU NTB H Masnun Tahir, dan lain-lain. (Hadi/Muiz)