Nasional

Islam Nusantara adalah ‘Lecut’ bagi Studi Islam di Indonesia

NU Online  ·  Sabtu, 9 Februari 2019 | 08:00 WIB

Tangerang Selatan, NU Online
Kasi Penelitian dan Pengelolaan Hak Kekayaan Intelektual Kemenag RI Mahrus El-Mawa mengatakan,  studi Islam di Indonesia hampir tidak mengalami perkembangan, baik dalam pendekatan maupun metodologi. 

“Islam Nusantara menurut saya adalah lecut bagi studi Islam di Indonesia,” katanya dalam diskusi di Sekretariat Islam Nusantara Center (INC), Tangerang Selatan, Sabtu (9/2). 

Mahrus menilai, selama ini orang mengkaji Islam di Indonesia tidak menggunakan sumber primer yang dimiliki oleh orang itu sendiri seperti naskah kuno yang ditulis ulama terdahulu. Menurutnya, tidak ada peneliti atau akademisi yang peduli dengan sumber primer tersebut.

“Itu baru belakangan saja (peneliti atau akademisi peduli dengan naskah kuno),” lanjutnya.

Bagi Mahrus, seseorang harus menggunakan sumber primer jika ia hendak menulis atau mengkaji suatu tokoh atau pemikirannya agar tidak dianggap folklore atau cerita rakyat yang berbasis lisan. Bagi dia, folklore atau cerita rakyat belum menjadi fokus keilmuan yang serius. Padahal folklore bisa menjadi kajian serius jika itu dikaji dengan serius.

“Obrolan orang-orang kuno kita itu bisa menjadi kajian tersendiri yang sangat serius. Tradisi Islam itu banyak banget yang tradisinya lisan, tapi tidak pernah dikaji dengan serius,” ujarnya. 

Oleh sebab itu, ia menyebut kalau peluang untuk mengkaji Islam Nusantara sangat banyak sekali. Banyak naskah, makam, masjid, tradisi lisan Islam, dan lainnya yang belum dikaji dengan baik dan serius.

“Makam, masjid, itu bisa masuk ke arkeologi, bisa masuk ke antropologi, sosiologi. Belum lagi masuk ke bahasa,” jelasnya. (Muchlishon)